"Hubungan kita memanglah aneh, terlalu rapuh untuk bertahan, namun terlalu kuat untuk dihancurkan"
>>•JENTERA•<<
Kedatangan Zena beberapa hari kemarin disekolah tentu saja membuat heboh seluruh warga sekolah. Bukan disambut dengan baik malah sebaliknya. Gosip memang sudah beredar seantero sekolah. Semua anak jadi sangat membenci Zena karena merasa bahwa Zena adalah anak dari seorang 'Pelakor' alias perebut suami orang.
Arga yang sudah tak tahan melihat Zena diperlakukan tak layak akhirnya harus turun tangan melindungi gadis itu. Semua dibuat tercengang tak percaya. Harusnya Arga marah dan membenci Zena selamanya kan? namun, rasa hati kecilnya berkata lain. Dia sudah mencintai Zena. Entah apa pun yang dilakukan gadis itu rasanya Arga tak sanggup membiarkan Zena terluka dan pergi menjauh lagi. Tentu saja Zena kaget bukan main. Setelah sekian lama dirinya dan Arga tak saling berhubungan. Kini cowok itu malah mendekapnya erat seakan menyalurkan sejuta rindu yang telah bersarang dihatinya selama ini.
Arga sangat merindukan Zena. Ia tidak bisa memungkiri, ia sudah jatuh Cinta dengan gadis bule itu. Sedangkan Zena merasa kerdil. Dirinya menciut bagai balon yang kehabisan udara. Zena pun mendorong tubuh Arga pelan yang mendekapnya dalam diam tanpa sekata apapun.
Zena tahu bahwa dia tak pernah pantas untuk Arga. Dia sangat menyesal untuk semua yang terjadi. Seandainya waktu diputar kembali, mungkin Zena tak akan sesombong itu. Genangan air mata kini mengucur deras dari mata lentiknya. Ada sejuta kepedihan di dalam sana yang tak mampu ia jelaskan satu persatu.
Dan hari ini adalah hari penobatan Queen and King antara Arga dan Lavi. Nampak sang Raja malam menampakkan wajahnya berseri-seri seakan ia ikut berbahagia untuk acara yang sedikit lagi akan digelar.
Yah, hari ini merupakan hari terakhir Zena menginjakkan kakinya di sekolah ini. Sesuai perjanjiannya dengan pihak sekolah waktu itu, setelah menyerahkan mahkota, ia sudah harus angkat kaki dari sana. Zena tak mampu lagi membayar biaya sekolah bahkan makan saja ia sudah sangat susah. Ia bahkan sudah tidak punya apa-apa lagi. Hidup Zena bagaikan tanaman di padang gurun. Sedikit lagi mengering seperti air matanya yang entah sudah berapa kali terkuras.
Dengan gaun biru kebanggaannya Zena memaksa kedua tungkainya memasuki area lapangan sekolah yang kini dijadikan acara penobatan itu. Beberapa gadis yang berada di sana sempat melempar tatapan tak senang kepadanya.
"Ngapain sih nih anak pelakor ada di sini? bukannya dia udah diusir ya?"sindir seorang gadis bergaun merah kepada temannya.
"Iya nih, bikin buruk susasana aja deh"timpal gadis satunya.
Zena mengepalkan tangannya erat. Mencoba meredam gejolaknya. Yah, ini sudah resikonya. Gue hanya perlu bertahan untuk hari ini aja, sampai penyerahan mahkota ini selesai. Zena mencoba menghibur dirinya.
Tak berapa lama acara itu pun dimulai terlihat berpasang-pasang orang bernanung di atas panggung. Nampak, Lavi terlihat sangat menawan dengan gaun kuning keemasannya. Sesekali ia berlenggok memamerkan keindahan tubuhnya yang ramping.
"Selamat malam para hadirin. Yah, inilah acara yang kita tunggu-tunggu... "
Entah kenapa Zena merasa semakin kerdil berada ditengah-tengah kerumunan orang yang duduk di sekelilingnya. Bisik-bisikkan itu masih saja menghantui pendengarannya.
"Dan inilah calon Queen and King kita berdasarkan hasil voting teman-teman dan pemimpin sekolah"
"Kita panggil saja, SOLAVINA WINATA DAN ARGA SANJAYA"
"Mana tepuk tangannya?"
Semua orang pun riuh menyoraki kedua pasangan itu.
"Dan kini tiba saatnya penyerahan mahkota"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Sekolah [COMPLETED]√
Teen Fiction[Proses Revisi] Info! Cerita ini mengandung unsur pembangkit emosi seperti marah-marah, sedih, terharu, takut dan Baper-baperan pastinya. Diharapkan yang punya ketahanan hati saja yang membacanya. Karena Novel ini memiliki campuran genre antara Roma...