Keringat mulai berkumpul di telapak tangan saat sang Ratu Sekolah masuk ke dalam ruangan menuju Aula. Entah mengapa, seluruh bagian tubuhnya terasa kaku, berat, tak mampu bergerak, bahkan untuk sekadar meraih pegangan gagang pengeras suara di depannya itu.
Poppy, Jazy dan orang-orang di sekitar menyorotinya dari bawah. Bahkan anggota Osis baru saja selesai rapat terlihat ikut meramaikan Aula sekolah.
Zena mengepalkan jari-jemarinya lalu menarik napas panjang. Rasanya, ia ingin segera lenyap saja dari permukaan bumi saat ini juga. Seumur hidup, baru kali ini ia harus menembak seorang pria. Di depan umum pula. Sudah bisa dibayangkan bagaimana kondisi jantungnya saat ini.
"Woi Zena cepetan,"teriak Poppy antusias.
Zena melirik sahabatnya kesal. Dasar Poppy sialan! gak tau apa orang lagi sekarat gini. Umpat Zena dalam batin.
"Zena mau ngapain tuh diatas panggung?"tanya Rian heran.
"Liat aja nanti,"ujar Poppy tak sabar.
Tangan Zena gemetaran. Ragu. Takut. Malu. Kesal. Kini teraduk menjadi satu di dalam dirinya. Sekali lagi napas panjang terhembus dari indra penciumannya.
"ARGA SANJAYA, GUE SUKA SAMA LO. MAU GAK LO JADI PACAR GUE?"
Pernyataan terang-terangan Zena sontak membuat semua pasang mata tersorot tak percaya kepadanya. Terlebih lagi Rian. Pria rapi itu seakan baru saja melihat penampakan hantu hingga mematung melototi sang Ratu di atas sana.
"Oh no! Zena beneran ngelakuinnya Pop,"heboh Jazy sungguh tak percaya.
Poppy pun terkesima"Gila! gue baru nyadar tuh anak beneran nekat!"
****
Keringat mengucur ke seluruh tubuhnya. Arga terduduk lengkap dengan baju tak berlengan ditepi lapangan basket bersama team Joshua. Belum habis sebotol air dingin diteguknya, suara lantang seorang gadis menggema seisi gedung hingga membuat dirinya tersedak.
Segerombolan murid dari segala penjuru arah berhamburan menuju Aula di belakang kelas XII IPA.
"Ga, lo dengar tadi? nama lo, ada cewek yang nembak lo,"heboh Joshua.
"Iya ga. Kira-kira siapa ya?"ujar Rizal penasaran.
"Gue kesana dulu,"tutur Arga segera bangkit lalu dengan gegas melangkah keluar lapangan.
"Tunggu bro. Kita ikut,"susul Joshua dan kawan-kawan.
Arga segera mempercepat langkahnya menyusuri celah antara Kelas XII IPA dan IPS itu. Ia juga penasaran siapa orang yang sudah berani menyatakan cinta padanya? dari suaranya saja, Arga mulai menerka-nerka.
Tak berapa lama kemudian ia tiba di Alun-alun sekolah. Matanya segera membuka lebar. Bahkan ia sendiri tak menyangka. Bagaimana bisa gadis songongnya minta ampun itu, bisa sangat berani menembaknya di depan umum? sungguh, hal yang tidak masuk akal. Pikirnya.
Sorak-sorakan riuh menggaduh ketika sosok Arga menerobos kerumunan menuju tempat di mana gadis itu berpijak.
Zena meneguk air liurnya dalam-dalam. Sungguh! tak ada yang lebih menyeramkan selain tatapan menusuk seorang Arga. Pria beralis tebal itu dengan cepat menarik langkahnya naik ke atas melalui beberapa anak tangga kecil hingga tiba tepat di hadapan gadis cantik itu.
"Suiiitt.... Suiiittt....! cieeee,"heboh anak-anak yang sudah ramai berkumpul.
"Terima, terima, terima. "Semua serempak menyoraki kedua insan itu.
Sedangkan Poppy dan Jazy saling memandang tersenyum, dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
"LO IKUT GUE SEKARANG!"tegas Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Sekolah [COMPLETED]√
Teen Fiction[Proses Revisi] Info! Cerita ini mengandung unsur pembangkit emosi seperti marah-marah, sedih, terharu, takut dan Baper-baperan pastinya. Diharapkan yang punya ketahanan hati saja yang membacanya. Karena Novel ini memiliki campuran genre antara Roma...