"Karena Kau langitku, maka ku berikan duniaku."_
Arga sudah menceritakan semuanya. Dan kini Zena jadi tahu. Awalnya Zena kesal karena Arga ternyata sengaja membuatnya cemburu. Kalau saja dia tahu Zena sempat menumpahkan air matanya ditoilet saat melihat Lavi menggandeng lengan, tentu saja Arga mungkin akan menggodanya lagi. Dan Zena tidak akan membiarkan itu terjadi. Akan sangat memalukan kalau ia juga mengakui semua itu.
Kini Zena sudah rapi dengan seragam hendak berangkat sekolah. Dari semua yang terjadi raut ceria kini terpatri jelas diwajahnya yang cantik. Zena tak berhenti menampakkan deretan gigi putihnya. Hingga menciptakan hawa baru di dalam kediamannya.
Semua penghuni tak terkecuali merasa heran saja dengan majikkan mereka yang sekarang. Diam-diam mereka tersenyum. Semoga saja, Nona mereka seperti ini seterusnya. Kan rumah jadi aman, damai dan tenang. Tidak ada lagi ribut-ributan, bentakkan atau pun umpatan. Mereka berharap.
"Selamat pagi Non, ini susunya"ujar Hartadi menyodorkan segelas susu seperti biasa.
"Pagi Hartadi"balas Zena menyunggingkan senyum.
Belum sempat Zena meneguk minumannya, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Matanya segera berbinar-binar mendapati nama Arga tertera jelas diatas layar.
"Nih, pegang bentar. Gue mau ngangkat telpon dulu"ujar Zena menyodorkan gelas itu lalu segera menyambut panggilan dari pacarnya itu.
"Cepat keluar. Gue didepan pintu sekarang"ucap Arga segera memutuskan sambungannya.
Zena terperangah tak percaya sejenak. What? dia beneran disini? gumam Zena menatap pintunya yang masih tertutup rapat. Dengan gegas Zena menarik langkahnya menuju pintu dan ingin memastikan, apakah sosok Arga benar-benar ada disana.
Pintu pun terbuka. Mata Zena segera membulat. Benar saja, pria itu memang berpijak didepan sana dengan pakaian seragamnya yang bisa dibilang berbanding terbalik dengan Rian.
"Selamat pagi"sapa Arga menyunggingkan senyuman.
Zena ternganga tak percaya untuk sejenak. Rasanya, ini seperti mimpi. Arga tersenyum. Dan, menyapaku? sudut bibir Zena segera tertarik keatas membentuk lengkungan Indah.
"Apa lo akan terus natap gue kayak gitu tanpa mempersilahkan masuk?"tanya Arga menatap Zena lekat.
"Lo ngapain disini?"tanya Zena mencoba menyembunyikan kegugupannya. Tentu saja, ia gugup. Mengingat bahwa ini adalah hari pertama yang akan mereka jalani sebagai sepasang kekasih. Tentunya, Zena sangat berdebar-debar.
Arga menghembus kecil. Nampaknya, pertanyaan Zena seperti tak menginginkan keberadaannya.
"Jemput kamu lah"tutur Arga memalingkan matanya rada sebal.
Zena mengernyitkan dahinya agak heran. Kemudian tersenyum kecil.
"Ok. Tunggu bentar"ujar Zena ceria seraya membalikkan badannya ingin mengambil ranselnya.
Dengan sigap, Arga menahan pergelangan Zena. Membuat langkah gadis berambut lurus itu terhenti sejenak. Zena menoleh dengan tatapan penuh tanya.
"Ada apa?"tanya Zena agak heran.
Arga tak menjawab. Kedua lengannya segera terulur lalu mendekap gadis cantik itu.
Zena membeku sejenak. Dadanya kini berdebar-debar tak karuan. Tentu saja, ia sangat terkejut dengan perlakuan Arga yang tak biasa.
"Maaf, Nona. Apakah Anda tidak ingin sarapan dulu?"tawar Tina menunduk sopan.
Arga segera merenggangkan rengkuhannya. Yang ditanya malah diam tak bergeming.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Sekolah [COMPLETED]√
Teen Fiction[Proses Revisi] Info! Cerita ini mengandung unsur pembangkit emosi seperti marah-marah, sedih, terharu, takut dan Baper-baperan pastinya. Diharapkan yang punya ketahanan hati saja yang membacanya. Karena Novel ini memiliki campuran genre antara Roma...