KEPUTUSAN

336 20 14
                                    

Curah hujan kini mengguyur kota jam itu. Memang, selain dijuluki kota jam, kota yang terdapat di negara Amerika serikat ini juga diberi nama Kota hujan.

Terlihat di sebuah ruangan gedung lantai sepuluh, seorang pria berjas hitam bertubuh berisi nampak sedang sibuk berbincang ditelepon di belakang meja kerjanya.

"APA? bagaimana mungkin ini bisa terjadi? kenapa mereka bisa membatalkan perjanjian kontrak yang sudah dibuat?"emosi Irwan kepada penelepon yang merupakan Manajernya.

"........"

"Saya masih di Seattle. Besok baru akan berangkat ke Jakarta untuk bertemu langsung dengan Klien itu"jawab Irwan.

"........"

"Pak Samuel, tolong kamu tangani dulu masalah ini hingga saya tiba di Indonesia besok. Ya, terima kasih"Irwan segera memutuskan sambungan itu.

Irwan memijit-mijit pelipisnya frustasi. Entah, nasib buruk apa yang menimpanya kali ini. Beberapa Konsumennya memutuskan untuk membatalkan kontrak bisnis pembangunan Apartemen dan Ruko, dikarenakan waktu pembangunan yang molor. Kesan benar-benar dibuat depresi. Pasalnya, omset yang dikeluarkan tidak sedikit untuk membangun bangunan-bangunan itu. Dan sekarang, mereka malah membatalkan perjanjian seenaknya.

Sementara, Irwan sibuk dengan ini dan q pikirannya sendiri, seorang wanita cantik asli Indonesia dengan wajah Ayu masuk dengan sopan.

"Permisi pak. Dewan komisaris dari Perusahaan Indrawana, ingin bertemu dengan Bapak sekarang juga. Mereka sudah menunggu Bapak di ruang meeting"tutur Nurul sopan.

Irwan menghela napas dalam-dalam, mengarur Jasnya lalu bergegas keluar dengan Sekretarisnya itu.

                    >>•JENTERA•<<

Langit senja kini perlahan mulai menghilang digantikan hamparan hitam menyambut sang Raja malam. Nampak, empat anak muda yang masih lengkap dengan seragam SMA putih-hitam dengan dasi abu-abu itu, sudah bertumpu di depan gadung mewah milik Viola.

Bel rumah segera ditekannya dan tampaklah seorang pembantu wanita menyambut majikannya.

"Selamat datang Nona"sapa pembantu itu mempersilahkan mereka masuk.

"Di mana Papa dan Mama?"tanya Viola ingin tahu apakah orangtuanya sudah pulang.

"Belum Nona. Tadi ada telepon, katanya Tuan dan Nyonya akan pulang setengah jam lagi ingin bertemu dengan Nona"jelas wanita dengan seragam maid itu sopan.

"Ok. Guys, silahkan masuk. Kita tunggu Papa dan Mamaku pulang"Viola mempersilahkan.

"Permisi"ucap Rian sopan.

Mereka pun melangkah masuk hingga tiba di ruang tamu yang cukup luas. Mata Zena mengedar menatapi setiap sudut rumah gadis cantik keturunan Cina itu.

"Kalian nau minum apa?"tanya Viola kemudian.

"Nggak usah repot-repot"sahut Arga datar.

"Terserah kamu aja"senyum Rian.

"Hm, ok. Kalian tunggu sini bentar ya?"titah Viola beranjak. Rian mengangguk senyum.

Bingkai foto keluarga terpajang Indah di dinding, menampakkan sosok kedua orangtua dan Viola ditengahnya. Ternyata gadis itu juga merupakan anak tunggal. Pikir Zena.

Mata Rian pun ikut memandangi sekitar. Namun, tak ada foto masa kecil yang terpajang di dinding. Semua hanya foto Viola yang sekarang. Sedikit aneh. Pikir Rian.

"Kamu beneran gak apa-apa pulang telat? udah ngasih tau Mami belum?"tanya Arga yang kini menyender malas disofa putih.

"Udah kok. Lagian Mami gue lagi gak dirumah. Katanya lagi pergi sama temannya. Tapi gak tahu siapa"sahut Zena masa bodoh.

Sultan Sekolah [COMPLETED]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang