"Dan Aku pun menemukan kalian yang meski tahu kekuranganku, tapi tetap mau bersamaku, disaat semua orang menjauhiku"
>>•JENTERA•<<
Sengatan matahari seakan tak menusuk kulit karena beradu dengan hembusan angin yang menerpa sejuk. Seperti biasa Aku, Mila dan Chaya kini berada di area lampu merah. Yah, di sini biasanya Mila menjajakan kuenya kepada para pengendara yang berhenti tepat saat lampu merah. Kata Mila, di sinilah pertama kali ia bertemu dengan Chaya. Saat itu Chaya yang tak sengaja melihat Mila diganggu para preman pasar itu, segera membantunya lolos dari para penjahat-penjahat itu.
Dan dari situlah mereka menjalin persahabatan baik. Chaya yang merupakan seorang pengamen jalanan dan tinggal di area kolong jembatan, meskipun begitu Chaya selalu ceria dan humoris. Dan sama seperti Mila, tak pernah mengeluh dengan nasib hidup mereka. Jujur, Aku banyak belajar dari mereka berdua.
Kini Aku duduk memandangi Mila dan Chaya yang terlihat sangat antusias dengan aktivitas mereka. Nampak Mila melangkah dari satu mobil ke mobil lain menjajakan jualannya dan Chaya dengan bekal suara merdunya seakan tak mau kalah dengan deruan suara lain.
Tanpa sadar Aku tersenyum memandangi kedua sahabatku itu. Aku memilih duduk sejenak ditepian, mencoba melepas rasa penak yang menghinggapiku. Yah, Aku memang belum terbiasa dengan semua ini. Tapi, Aku selalu berusaha membantu Mila.
Tiba-tiba seorang penjual koran yang merupakan salah satu teman Chaya melangkah membelakangiku, hendak menawarkan jualannya kepada pengendara mobil di depanku.
Lelaki bertubuh mungil dengan pakaian kumuh itu, tak berhenti menyerukan koran-korannya. Aku terus menaruh perhatianku ke arah kedua sahabatku yang masih semangat di depan sana.
Tiba-tiba sebuah koran jatuh tepat di hadapanku. Aku pun bergerak hendak membantu meraih kertas itu untuk ku berikan kepada anak itu. Namun, seketika mataku membuka lebar dengan tulisan yang ada di dalam sana.
"Eh, kembaliin dong koranku"seru anak lelaki itu mencoba meraih benda miliknya.
"Tunggu"
Mataku bergerak-gerik mengikuti baris kalimat yang tercetak di dalam surat kabar itu.
"Kepala sekolah Bakti Luhur ditangkap KPK, dan akan segera digantikan?"
"WHAT?"
Aku benar-benar dibuat terkejut dengan pernyataan disurat kabar itu. Entah sudah berapa banyak hal yang Aku lewatkan sepeninggalanku dari sana. Tapi, mengingat kejadian dulu, rasanya pak Rudy memang pantas mendapatkan semua itu. Selama ini dia tidak adil dalam menjalankan kewajibannya sebagai Kepala sekolah. Dia senang menerima uang sogokkan, lebih mementingkan Siswa-siswi yang kaya dan tidak bijak.
Aku hanya berharap semoga sekolahku bisa jadi lebih baik ke depannya dengan pemimpin yang baru. Aku sangat berharap.
"Zena, kamu ngapain?"sapa Mila sudah bertumpu di sampingku bersama Chaya.
"Ah, gue cuman ngeliat berita ini doang kok"cengirku.
"Siniin, koran aku. Kalo kakak mau bayar yah, nggak apa-apa. Kalo nggak kembaliin dong"cetus bocah itu.
"Joje, kamu nggak boleh kayak gitu sama Zena"titah Chaya memperingatkan.
"Habis dia tiba-tiba ngerampas koran aku kak"keluh Joje sebal.
"Iya, tapi kamu nggak boleh begitu. Harus sipan song sama orang yang lebih tua"timpal Chaya membuat Joje menunduk.
"U-udah Chay, lagian gue juga kok yang salah. Nggak usah marahin dia"ujarku mencoba bijak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Sekolah [COMPLETED]√
Teen Fiction[Proses Revisi] Info! Cerita ini mengandung unsur pembangkit emosi seperti marah-marah, sedih, terharu, takut dan Baper-baperan pastinya. Diharapkan yang punya ketahanan hati saja yang membacanya. Karena Novel ini memiliki campuran genre antara Roma...