Pagi yang cerah mengiringi hari, sinar mentari dengan hangat dan penuh kelembutan meresap dalam tubuh seorang gadis berparas campuran Indonesia-Belanda itu. Zena bersemayam di depan cermin riasan memandangi parasnya yang rupawan. Dua orang pelayan sudah bersarang dibawah kaki dan belakangnya. Kedua pembantu itu sibuk memasangkan sepatu hitam dan satu lagi tengah menyisir rambut panjangnya.
"Ambilin tas gue sekarang,"titah Zena menunjuk ke arah sofa ungunya.
Pelayan itu pun segera mengindahkan perintah majikannya, dan tak butuh waktu lama benda yang disuruhnya sudah terkapar rapi dipangkuan.
"Mana susu gue?"cetus Zena kemudian.
"Sebentar saya ambilkan Nona,"desah wanita bercelemek putih itu sopan.
"Cepetan!"ketus Zena tak sabar.
Zena melirik benda bundar putih yang bersangkar ditangan kanannya. Masih ada 20 menit untuk meluncur ke sekolah.
"Udah cukup. Gue harus berangkat sekarang."Zena bangun dari duduknya dan bergegas merosot ke bawah.
"Bawain tas gue!"pintah Zena menyerahkan ranselnya kepada sang babu.
Tak berapa lama ia sudah tiba diteras. Udara pagi terasa sangat menyejukkan paru-paru. Zena mencoba menghirupnya, segar.
"Nona, ini susunya,"ucap wanita berseragam ala mermaid itu segan.
Zena menghembus napas jenuh. Dengan bosan, ia kembali melirik jamnya.
"Lo telat tiga menit, lo mau dipecat?"delik Zena menekuk lengannya sebal.
"Ma-maafkan saya Nona. Saya tidak akan mengulanginya lagi."Pelayan itu tersungkur dibawah kaki Zena memohon belas kasihan majikannya itu.
"Ok. Kali ini gue maafin lo. Kalo sampe lo telat lagi. Gue gak akan segan mecat lo."Zena menyibakkan rambutnya kesal.
Pembantu itu sangat bersyukur. Dengan hati riang, ia pun kembali ke dalam untuk melanjutkan pekerjaannya.
"Dan kalian, bersihin nih teras. Udah banyak debu begini, kalian ini ngapain aja sih?"kesal Zena. Ia mendengus napas jenuh untuk kedua kalinya. Pagi-pagi dirinya sudah dibuat jengkel. Bikin mood gue rusak aja deh. Zena segera beranjak meninggalkan teras dan para pelayannya.
Tanpa tunggu aba-aba, Zena sudah menyelinap ke dalam mobil Sport-nya dan menggerakkannya melintasi pintu gerbang. Tak butuh waktu lama kendaraan mewahnya sudah meluncur kencang ke depan.
****
Seperti biasa, ketika Zena turun dari mobilnya semua pasang mata tak pernah lepas dari sosoknya. Daya tariknya selalu memikat hati siapa saja yang memandang. Zena melintasi kerumunan disamping kiri-kananya anggun. Pinggulnya berlenggak-lenggok dengan lunglai bak seorang model. Posturnya yang tinggi membuat sedap dipandang mata.
Sementara sang Ratu tenggelam dalam pesonanya, muncul satu makhluk yang tak kalah tenar. Arga melangkah menapaki teras sekolah dengan elegannya. Parasnya yang menawan selalu merebut perhatian para gadis agar terpusat padanya. Sudah kharisma seorang Arga jika dia digandrungi banyak perempuan.
Tahu-tahu Satu tepukan sudah mendarat dibahu Zena. Gadis itu terkejut dan segera menoleh. Matanya melongo memandang siapa yang menyentuhnya. Arga? ngapain nih cowok nyebelin nyentuh-nyentuh gue sembarangan? Zena membatin kesal.
"Apa sih lo megang-megang gue sembarangan?"nyolot Zena mulai kesal.
"Nih, lo bawain tas gue sekarang. Punggung gue pegal,"desah Arga acuh tak acuh menyerahkan ransel ke tangan sang Ratu Sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Sekolah [COMPLETED]√
Teen Fiction[Proses Revisi] Info! Cerita ini mengandung unsur pembangkit emosi seperti marah-marah, sedih, terharu, takut dan Baper-baperan pastinya. Diharapkan yang punya ketahanan hati saja yang membacanya. Karena Novel ini memiliki campuran genre antara Roma...