POV ZENA
"Cukup percaya bahwa akan ada pelangi setelah hujan badai yang lebat"
>>•JENTERA•<<
Hari ini tepat memasuki minggu ke tiga aku tinggal bersama Mila dan keluarganya. Sebuah keluarga yang kecil dan sangat sederhana. Namun, harmonis. Aku banyak belajar dari mereka. Hidup bukan tentang seberapa banyaknya uang dimiliki atau seberapa terbesar rumah bahkan harta yang dimiliki, tapi tentang kebersamaan yang erat antara keluarga dan yang paling penting Cinta dan kasih sayang.
Mungkin bisa dibilang Mila lebih beruntung dariku. Aku memang punya banyak harta dan populer. Tapi, apa gunanya semua itu jika pada akhirnya Aku kesepian. Ayah dan Ibu yang jarang dirumah. Hanya memanjakan Aku dengan semua uang yang mereka miliki. Mereka bahkan tak pernah memikirkan bagaimana keadaanku. Yang selalu mereka tanyakan adalah uang dan uang, seolah Aku tidak bisa hidup kalau tidak ada uang.
Dan kini, Aku sadar. Kalau harta kekayaan bukanlah suatu kebahagiaan. Tapi, keutuhan keluarga lah sumber kebahagiaan yang sebenarnya. Buktinya, Aku bisa selalu melihat Mila bercanda dan tertawa bahagia setiap harinya, seolah tak ada masalah yang dipikirkannya. Aku bahkan malu pada diriku sendiri. Selama ini Aku terlalu begitu sombong dan memegahkan semua harta yang Aku miliki.
Aku bahkan menghambur-hamburkan uang begitu saja tanpa memikirkan bagaimana nasib orang diluar sana yang tidak seberuntung diriku. Dan sekarang Aku baru menyadarinya, kalau selama ini Aku salah. Aku yang arogan, Aku yang jahat dan... Entah kenapa dadaku terasa sesak dan perih.
"Zena, kamu kenapa?"tanya Mila heran melihat Aku yang mulai terisak.
Aku mencoba tersenyum sembari mengusap air mataku.
"Gue nggak apa-apa kok"elakku tersenyum.
"Kamu nangis ya?"tanya Chaya ikut menatapiku heran.
"Gue cuman ke ingat sesuatu aja"ujarku mencoba menetralkan rasa keheranan kedua orang di depan yang sudah menjadi sahabatku.
"Ingat apa emang?"tanya Mila yang kini duduk di atas jembatan menghadap pemandangan kota dari area tepi.
"Iya cerita dong"seru Chaya penasaran.
"Iya nih, cerita dong. Ceritain juga kenapa kamu bisa datang barengan sama Abangku. Kamu belum ceritakan lho"timpal Mila ingin tahu.
Aku tersenyum sempit seraya menggaruk-garuk pelipisku yang tak gatal.
"Iya Ze, cerita dong. Kita kan udah jadi sahabat sekarang"tutur Chaya tersenyum ramah diikuti anggukan mantap dari Mila.
"Bener tuh, kita berdua adalah sahabat kamu sekarang. Cerita aja lagi"timpal Chaya memainkan nada dari tali senar keroncong tuanya.
Aku menarik napas dalam-dalam lalu menghembus pasrah. Mau tidak mau Aku harus membagi cerita ini kepada mereka berdua. Mungkin dengan begitu Aku bisa lega. Aku mencoba percaya dan menceritakan semua yang terjadi padaku. Aku mulai menceritakan kisah Asmaraku dengan Arga hingga masalah keluarga dan keberadaanku di desa Mila.
Nampak Mila dan Chaya terperangah tak percaya.
"Aku turut sedih dengan semua masalah yang menimpamu. Kamu yang sabar ya?"hibur Mila mengulas senyum.
"Kamu harus tegar Ze. Aku yakin semua ini hanya cobaan dan Aku percaya kamu pasti bisa melewati masa-masa sulit ini"seru Chaya memberi semangat.
Aku tersenyum simpul. Setidaknya kata-kata mereka berhasil membuatku terhibur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Sekolah [COMPLETED]√
Teen Fiction[Proses Revisi] Info! Cerita ini mengandung unsur pembangkit emosi seperti marah-marah, sedih, terharu, takut dan Baper-baperan pastinya. Diharapkan yang punya ketahanan hati saja yang membacanya. Karena Novel ini memiliki campuran genre antara Roma...