Mata Anthoni menyorot geram ke arah Josine yang kini menunduk dengan rasa cemas di dekat jendela kaca kantornya. Pintu sudah dikunci rapat dari dalam, memudahkan mereka bisa berbincang leluasa tanpa ada yang menganggu.
"Apa yang kau lakukan Josine? APA KAU SUDAH GILA?!"hardik Anthoni emosi.
"Aku terpaksa melakukannya. Aku hanya tidak ingin menyakiti putriku Anthoni"desah Josine meremas jemarinya resah.
"BERHENTILAH MENYANGKUT PAUTKAN SEGALANYA DENGAN PUTRIMU"geram Anthoni mencengkeram lengan Josine kesal.
Josine meringis kesakitan akibat cengkeraman kuat pria di hadapannya ini.
"Lepaskan aku Anthoni. Kau menyakitiku"rintih Josine.
"Aku tidak menyakitimu Josine. Justru, kaulah yang menyakitiku. Kau tahu itu?"nada suara Anthoni meninggi. Lengan Josine akhirnya bebas.
"Aku tidak melakukan apa-apa"elak Josine.
Anthoni mendengus jengkel"kau bilang kau tidak melakukan apa-apa?"desahnya.
"APA KAU TIDAK MELIHAT SEMUA BERITA TENTANGMU BEREDAR DISURAT KABAR DAN MEDIA SOSIAL?"teriak Anthoni emosi.
"Aku melakukannya karena aku ingin kau mengerti. Kau sendiri yang tak mau mendengarkanku bukan? jadi jangan salahkan aku"tutur Josine tak ingin disalahkan.
Anthoni memijat kepalanya frustasi"jangan buat aku emosi Josine. Aku tidak suka jika harus membentakmu"
"Aku hanya ingin kau tidak putriku. Apa itu salah? Apa kau sebegitu egoisnya? demi hubungan kita dan, kau mau aku membuang putriku sendiri Anthoni?"ujar Josine berusaha bijak.
Anthoni menyeringai sinis"sejak kapan kau jadi peduli dengan keluargamu? bukankah kau tidak mencintai lelaki itu?"
"Aku memang tidak pernah mencintai Irwan. Pernikahan kami hanya terpaksa"ucap Josine lirih.
"LALU KENAPA KAU BEGITU SANGAT PEDULI DENGAN ANAK DARI LELAKI YANG BAHKAN TIDAK KAU CINTAI ITU, HAH?!"suara Anthoni menggelegar.
Josine menatap mata Anthoni berkaca-kaca.
"Aku memang tidak mencintai suamiku, tapi bukan berarti aku benci anakku. Aku menyayangi putriku Anthoni. Kau tidak bisa memaksaku untuk menjauhinya!"tegas Josine.
"PERSETAN DENGAN KAU"
Anthoni emosi dan tak sengaja mendorong tubuh Josine hingga wanita itu terdorong ke kaca.
Josine memegangi kepalanya yang pening. Tenaganya seperti diserap. Ia kehilangan keseimbangan dan akhirnya jatuh tersungkur dilantai. Anthoni yang menyadarinya segera menghambur ke arah wanita cantik itu, lalu menghubungi ambulance.
>>•JENTERA•<<
Bau obat yang menyengat segera menusuk hidung Anthoni yang nampak cemas mengantar Josine yang kini terbaring di atas kereta bangsal, yang di dorong oleh dua orang suster menuju ruangan khusus pasien.
Dan Anthoni akhirnya harus terhenti di depan pintu. Karena suster tidak memperbolehkan dirinya masuk ke dalam.
Rasa bersalah. Cemas. Resah. Gelisah. Kini jadi satu di dalam dirinya. Sungguh, ia tidak berniat menyakiti wanita yang dicintainya itu. Ia hanya emosi saja dan lepas kendali. Anthoni sungguh menyesali perbuatannya.
Hampir dua puluh menit ia mondar-mandir di depan pintu menunggu perawat memperbolehkannya masuk.
Beberapa waktu berselang, akhirnya dokter yang sedari tadi berada di dalam ruangan itu segera keluar dan mengajak Anthoni bicara di ruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Sekolah [COMPLETED]√
Teen Fiction[Proses Revisi] Info! Cerita ini mengandung unsur pembangkit emosi seperti marah-marah, sedih, terharu, takut dan Baper-baperan pastinya. Diharapkan yang punya ketahanan hati saja yang membacanya. Karena Novel ini memiliki campuran genre antara Roma...