Suasana kelas nampak kacau sekarang. Terlihat anak-anak gadis mulai mengobrol lalu terpekik tak jelas, ada juga yang membuka salon, foto-foto dengan berbagai pose alay dan hanya beberapa yang membaca buku. Sedangkan para kaum pria lebih senang bergabung dengan si perusuh kelas sambil berjoget-joget mengikuti dengungan musik dari gitar Raffa.
Mata pelajaran terakhir adalah kesenian. Maka dari itu, wajar saja kalau anak-anak itu membawa gitar dan menimbulkan kebisingan seperti di pasar loak.
Raffa nampak asyik melantunkan lagu Air dan Api milik Naif. Sementara Andre dan lainnya larut dalam melodinya.
Kaki jenjang Zena kini bergerak santai memasuki lantai kelas, setelah beranjak dari toilet beberapa menit yang lalu bersama Poppy.
Bola mata Zena terarah menatap pria dengan topi terbalik yang tengah asyik duduk diatas meja.
"Woi Raffa lo tuh ya? lo pikir ini pasar loak apa? bikin rusuh aja kerja lo"hardik Zena menatap kesal.
"Zena Fa"bisik Andre membuat pria itu segera menoleh dan mendapati Ratu sekolah sedang memancarkan listrik dari tatapannya.
"Bangke! kenapa lo gak bilang dari tadi sih?"decak Raffa menyentil kepala kawannya itu.
"Mana gue tahu"elak Andre mengedikkan bahunya acuh.
"Sial. Kalo udah gini-"pandangan Raffa kini teralih ke arah Arga yang tengah sibuk dengan headphone dan bukunya.
Tanpa pikir panjang Raffa segera turun dari meja di depan Arga, lalu segera menyeret pria itu.
"Apa yang lo lakuin?"protes Arga heran ketika tangannya ditarik.
"Nih, kita lagi senang-senang sama pacar lo kok. Santai aja kali, ya kan?"cengir Raffa mencari-cari alibi.
Arga melepaskan pembekap telinganya itu lalu menyipitkan matanya bingung.
"Maksud lo?"
"Kadal! bilang aja iya kali"bisik Raffa seraya menynggol lengan Arga agar pria itu mengiyakan pertanyaannya.
"Gak usah cari alasan deh lo"timpal Poppy.
"Apa sih?! emang iya kok lagi seneng-seneng ngerayain hari jadian kalian. Iyakan?"senggol Raffa.
Arga mengerutkan dahinya kebingungan.
"Bro, kali ini bantuin gue dong. Pacar lo galak banget soalnya"bujuk Raffa menatap penuh permohonan.
Arga menggaruk-garuk belakang tengkuknya yang tak gatal.
"Zena udah gak usah marah-marah"tutur Arga sontak membuat gadis itu menganga tak percaya. Tentu saja, ia terkejut. Pasalnya, pacarnya kini lebih membela temannya.
"Tuhkan. Gak usah marah-marah. Ntar cepat tua lo, jadi gak disayang lagi sama pangeran Arga"ledek Raffa seketika membuat teman-temannya terkekeh.
Zena mencibir sebal. Dengan cepat, kakinya melangkah menghampiri Raffa.
"Lo bilang apa tadi?"cetus Zena sudah tiba dihadapan mereka dan siap melabrak pria perusuh itu.
Raffa segera bersembunyi dibelakang Arga hingga membuat pria tinggi itu jadi saling berhadapan dengan kekasihnya itu.
"Duduk. Lo harus jaga emosi mulai sekarang"pintah Arga datar seraya menunjuk ke arah kursi gadis itu.
Zena mendengus kesal. Lihat saja, gara-gara Arga membela Raffa pria itu malah semakin meledeknya dengan menjulurkan lidah.
"Zena duduk"titah Arga sekali lagi.
"Cih, menyebalkan"cibir Zena sembari memutar balik arahnya lalu melangkah menuju kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Sekolah [COMPLETED]√
Ficțiune adolescenți[Proses Revisi] Info! Cerita ini mengandung unsur pembangkit emosi seperti marah-marah, sedih, terharu, takut dan Baper-baperan pastinya. Diharapkan yang punya ketahanan hati saja yang membacanya. Karena Novel ini memiliki campuran genre antara Roma...