POV ZENA
"Semua yang nyata, membuatku takut. Pada akhirnya, aku hanya lari dari kenyataan. "_ Zena
>>•••<<
kedua mataku terbelalak seketika. Rian? gumamku pelan. Kenapa dia bisa tiba-tiba ada disini? Aku heran.
"Jangan Zena. Mereka hanya ingin menjebakmu. Kamu jangan sampai terpancing atau kamu akan ada dalam masalah lebih besar"ujar Rian memberitahuku.
Ah, tepat sekali! ucapan Rian barusan segera membuatku tersadar. Hampir saja Aku masuk ke dalam perangkap dua gadis liar ini. Membantai mereka saat ini, sama saja menanam bom bunuh diri. Tentu saja, Aku akan hancur dan tak terisisakan. Dan itu akan semakin membuat kedua gadis jalang ini berjungkrat-jungkrit penuh kemenangan. Untung saja ada Rian. Aku berterima kasih.
Napas panjang segera terhirup dari kedua lubang hidungku. Aku mencoba menenangkan emosiku yang hampir mencuat.
"Hei, kalian berdua berhenti mengganggu Zena"tegas Rian menatap kedua gadis di depannya.
"Awh! ada pengumuman penting nih!"tukas Jeny memasang ekpresi kejut.
"Apa?"
"Ternyata Ketos bisa marah juga ya?"kekeh Jeny.
"Cukup ya!"ketus Rian tak terima dipermainkan.
"Eh, Rian sejak kapan sih lo berani nantangin senior? mo jadi sok pahlawan lo didepan cewek picisan ini?"cibir Priske menatap sinis.
"Oh jadi sekarang. Lo pura-pura tampak lemah dan memilih berlindung dibalik nasib buruk lo?"oceh Jeny membekap kedua lengannya didada.
"Kak, Aku bilang cukup ya?!"ketus Rian mencoba menghentikan celoteh kedua kakak tingkat itu.
"Jadi sekarang elo udah move on ngejar Arga dan sekarang pindah ke Rian?"cercah Priske memandang jijik. "Emang dasar lo ya cewek murahan. Picisan tau gak?!"
"KALIAN BENER-BENER PENGEN GUE MAMPUSIN YA?"hardikku tak tahan. Gadis-gadis ini selalu saja memancing kobaran api didalam diriku.
"Waktu lahir mulut lo berdua ketuker kali ya sama klakson 'Telolet'? atau jangan-jangan karena emak lo bedua suka ngidem cabe sekarung. Makanya lo besar jadi cabe-cabean"ketusku kesal.
Rian segera mengantipasi dengan berusaha membuatku tenang agar tak terpancing emosi.
"Udah Ze. Kita pergi aja dari sini. Gak usah ngeladenin kakak-kakak itu"tutur Rian menarik tanganku menerobos di antara dua gadis itu.
"APA LO BILANG? DASAR BANGSAT LO! MURAHAN!"
"Ikkh,"
Kulihat mereka tak berhenti mengumpatiku. Aku menyeringai remeh. Tak lama kemudian Aku dan Rian sudah tiba di tempat dimana kendaraanku terparkir.
"Kamu yakin bisa pulang sendiri?"tanya Rian nampak cemas.
Aku mengangguk pelan.
"Kalau kamu ada masalah jangan sungkan untuk minta tolong ke Aku ya?"desah Rian mengulas senyum.
"Iya"singkatku.
"Ya udah. Aku duluan ya? kamu hati-hati dijalan. Oh, ya? pinjam ponsel kamu boleh?"tutur Rian menghentikan langkahnya kemudian berbalik padaku.
"Mau apa?"tanyaku heran.
"Pinjem bentar"ujarnya.
Aku pun meraih ponselku dari saku jaket lalu segera ku sodorkan kepadanya. Rian segera menyambutnya lalu jari-jarinya sudah bergerak lincah diatas sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Sekolah [COMPLETED]√
Teen Fiction[Proses Revisi] Info! Cerita ini mengandung unsur pembangkit emosi seperti marah-marah, sedih, terharu, takut dan Baper-baperan pastinya. Diharapkan yang punya ketahanan hati saja yang membacanya. Karena Novel ini memiliki campuran genre antara Roma...