"Melihat dunia sekarang dan bagaimana semuanya telah berubah, Aku nggak tahu apa yang harus Aku katakan, ketika kembali bertatapan denganmu"
>>•JENTERA•<<
Setelah sekian lama menghilang dari sekolah, sang Ratu pun kembali. Kejadian yang menimpa keluarganya membuat Zena seperti malaikat kehilangan sayapnya untuk terbang. Ia harus kehilangan Ibunya akibat kanker Ovarium ganas. Ia sendiri tak menyangka kalau selama ini Ibunya menginap penyakit mematikan seperti itu. Zena benar-benar dirundung duka.
Kedua tungkainya kini menapaki luar gerbang. Dipandanginya sejenak papan nama sekolah yang tertera jelas di atas pintu Gerbang, sendu. Entah berapa lama lagi ia akan berada di sini. Tante dan Omnya akan segera pulang ke Amsterdam dua hari lagi. Dan untuk itu, ia masih ragu untuk mengambil keputusan apakah harus ikut atau tetap tinggal di sini.
Dan harapan terakhirnya adalah bertemu dengan Arga, orang yang selama ini ia cintai. Dengan gugup, Zena menarik langkahnya memasuki area gerbang hingga tiba di dalam sana. Dadanya terasa bergetar. Ia hanya berharap semua akan baik-baik saja.
Tapi, entah kenapa segalanya seakan tampak berbeda sekarang. Kalau dulu ketika kakinya menapaki lorong sekolah seketika semua orang akan membuka seraya memberinya jalan dengan tatapan penuh kekaguman. Namun , sekarang semua pasang mata seolah menyorot sinis dan mencaci serta mencibirnya. Mereka bahkan tak segan menabrak pundak Zena begitu saja, seolah tak menganggap gadis itu ada.
Zena tak tahan dengan keadaan ini. Ia segera mengambil langkah seribu menuju kelasnya, namun belum tiba di dalam kelas satu timbunan tepung membanjiri tubuhnya hingga membuat gadis itu bermandikan benda seperti bedak tabur itu. Semua menertawakannya seolah ia adalah bahan lelucon. Zena mengepalkan tangannya erat. Air matanya hampir saja menetes namun ia berusaha mati-matian agar bendungan itu tidak jebol.
Zena menapaki lantai kelasnya hingga meninggalkan bercak putih di atasnya. Ia jadi teringat kejadian yang sama yang pernah ia lakukan kepada Arga. Sekarang ia berada di posisi Arga. Ia tak pernah tahu seperti inilah yang dirasakan pria itu dulu. Zena menyesal.
"Aih, aih, kenapa nih? pulang aja sana lantai kelas jadi kotor nih"ujar seorang gadis cantik dengan sombongnya menatap sinis ke arah Zena.
Zena mengangkat kepalanya ingin melihat siapa sosok yang berani berkata seperti itu padanya. Matanya seketika membulat sempurna.
"Lavi? lo..."Zena tak sanggup meneruskan kalimatnya. Banyak pertanyaan yang terbesit di benaknya kini. Bagaimana bisa seorang Lavi melakukan semua ini kepadanya? punya hak apa dia? bukankah yang punya hak untuk melakukan semua ini hanyalah dirinya? Zena sungguh dibuat tak percaya.
"Kenapa? lo kaget ya karena gue yang ngelakuinnya?"Lavi menyeringai sinis.
Zena semakin tak mengerti. Kenapa gadis yang terkenal cupu ini bisa berubah seperti ini? Entah apa yang sudah terjadi selama ini hingga membuat semuanya berbeda. Zena ingin tahu.
"Lo bingungkan kenapa gue bisa ngelakuin ini ke lo?"cetus Lavi seakan bisa membaca pikiran Zena.
"Apa hak lo ngelakuin ini ke gue?"Zena tak terima.
Lavi memelintir rambut ikalnya yang tergerai"lo nanya hak? hmm.... "
"Ok. Karena lo tamu istimewa, gue bakal ngasih tau. Jadi, Nona Zena yang terhormat mulai detik ini gelar lo akan segera jatuh ke gue. Dan tinggal dua hari lagi gue akan dinobatkan sebagai 'Ratu sekolah' pengganti lo. Udah ngerti?"jelas Lavi dengan gaya angkuhnya.
Zena mengerutkan dahinya tak percaya. Bagaimana mungkin ini terjadi? kenapa tidak ada yang memberitahunya? Zena semakin dibuat terpukul dengan semua kenyataan pahit yang menimpanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Sekolah [COMPLETED]√
Roman pour Adolescents[Proses Revisi] Info! Cerita ini mengandung unsur pembangkit emosi seperti marah-marah, sedih, terharu, takut dan Baper-baperan pastinya. Diharapkan yang punya ketahanan hati saja yang membacanya. Karena Novel ini memiliki campuran genre antara Roma...