KRITERIA ARGA

450 28 3
                                    

Tiga gadis cantik dengan lengan mendekap di depan dada, menatap sinis ke arah gadis berkacamata dengan rok dibawah lutut. Gadis itu menunduk gemetaran karena dikelilingi perempuan-perempuan yang tak se-level dengannya.

"Gue peringatin sama lo cupu, jauhin Arga mulai detik ini. Atau lo bakal tau akibatnya,"ancam Zena meneleyor kepala gadis di depannya itu sedikit kasar.

"Lo punya mulu gak? ditanyain diem aja,"sentak Poppy menatap Lavi tak kalah sinis.

"I-iya,"sahutnya gugup.

"Dengar ya Lavi, kalo sampe gue liat lo nempel-nempel sama Arga, lo bakal gue habisin,"gertak Zena mencengkeram dagu Lavi.

"Ingat itu. Awas lo!"timpal Poppy ikut beranjak mengikuti Zena dan Jazy yang sudah melangkah keluar lebih dulu.

****

Poppy, Zena dan Jazy menyusuri lorong sekolah dengan anggunnya. Memang sudah tak diragukan lagi tiga primadona sekolah itu kerap kali selalu mengundang tatapan memukau dari semua orang yang melihatnya.

Sementara itu, Arga bersama tim basketnya terduduk di tepi lapangan, dan tak sengaja melihat ketiga gadis yang hendak ke kantin itu, tertegun sejenak.

"Zena cantik banget ya?"seru Joshua menyenggol Arga yang sempat melongo.

Segera pria tampan itu tersadar. Dan bersikap biasa saja.

"Bukan urusan gue,"ujarnya dingin.

"Bilang aja lo suka kan cewek kayak dia?"goda Joshua.

"Gue gak suka sama dia. Apalagi! cewek kayak dia,"tegas Arga menyeringai sinis.

"Ah, lo bro. Benci bisa jadi Cinta. Hati-hati lo,"tutur Joshua memperingati 'kutukan' cinta yang sudah marak terjadi.

Arga menyeringai remeh,"itu cuman takhayul buat gue. Dia itu jauh dari tipe gue."

"Emang tipe lo yang kayak gimana,"tanya Joshua heran.

Sudut bibir Arga terangkat."Nanti juga lo tahu."

"Gak asyik lo, bro. Kasih tau gih,"desak Joshua penasaran karena Arga pernah bilang kalau ia sudah menolak Zena.

"Nanti lo bakal tau sendiri!"ujar Arga segera bangkit dari posisinya hendak menuju ruang loker.

****

Zena mengedarkan pandangannya  ke seisi ruangan kelas. Tak ada sosok Arga di manapun. Ia pun menarik langkahnya mendekati Raffa yang tengah asyik-asyiknya memainkan game ponselnya.

"Raf, "panggil Zena. Namun, pria itu tak menyadari kehadiran Zena. Ia terus memainkan ponselnya.

"RAFFA,"teriak Zena sontak membuat pria urak-urakkan itu terlonjak kaget seraya mendongak menatap gadis cantik di hadapannya itu.

"Kenapa?"

"Gue mau lo bantuin gue,"decak Zena rada sebal.

"Sekarang?"tanya Raffa polos.

"Tahun depan. Ya, iyalah sekarang. Cepetan,"titah Zena.

"Lo mau minta bantuin apa?"

Zena celingak-celinguk memantau sekitarnya. Untung saja, hanya ada beberapa orang disekitarnya. Bahkan Poppy pun belum ada. Masih di kantin sama Jazy.

"Lo tanyain Arga tentang tipe ceweknya,"bisik Zena.

"Apa?"Raffa nampak terkejut.

"Gak usah pake terkejut segala. Cepetan!"pintah Zena tak sabar.

Sultan Sekolah [COMPLETED]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang