Langit masih kelabu. Udara sekitar terasa dingin menyentuh kulit. Burung-burung terdengar riang bernyanyi. Kicauannya menemani aktifitas satu sosok yang kini sudah rapi dengan seragam sekolahnya.
Arga menggerakkan kakinya menuruni satu persatu anak tangga. Dentuman sepatunya mampu memecah keheningan pagi.
"Selamat Pagi Tuan muda. Anda terlihat sangat bersemangat,"sapa kepala pelayan takjub melihat majikannya yang sudah bersiap pagi-pagi sekali.
Arga menyunggingkan seulas senyuman dingin. Sudah pembawaan pria tampan itu tidak tahu bagaimana caranya tersenyum tulus.
"Sarapan sudah siap, silahkan Tuan menuju ruang makan."Mr. Bill mempersilahkan Arga.
Arga pun segera membawa kakinya mengarah ke ruang makan. Sebuah meja panjang dengan tatanan hidangan lengkap dengan lilin di tengah dan lampu crystal yang mengangtung, seolah ikut menyambut kedatangan pemuda tampan itu.
Arga menghembus napas pasrah. Tidak ada anggota keluarga lain yang terlihat di sana, kecuali enam pembantu yang berjejer dengan rapi disekeliling meja.
"Mama gue udah pulang?"
"Sudah Tuan, Nyonya besar sekarang sedang istirahat dikamarnya,"jelas Buttler itu sopan.
Lagi-lagi hembusan napas terdengar darinya. Arga sudah bisa menebak. Ibunya pasti baru pulang tengah malam ketika semua orang sudah terlelap. Akhir-akhir ini ia memang jarang bertemu dengan ibunya tersayang. Namun, Arga mencoba mengerti. Baginya, sudah cukup bila ibu dan ayahnya baik-baik saja.
Seorang mermaid segera menarik sebuah kursi untuk ditempati majikannya itu. Arga pun mencoba menikmati suguhan hidangannya seorang diri dimeja makan. Mr. Bill dan keenam mermaid, nampak Setia menemani majikannya itu hingga ia selesai menyantap sarapannya.
"Mana bekal gue?"tanya Arga mengangkat badannya bersiap keluar dari ruangan.
"Ini Tuan."Satu kotak makanan sederhana kini bersarang ditangannya.
Arga segera membuka resleting ranselnya lalu mengamankan kotak itu. Pria satu itu memang sangat suka membawa bekal makanan sendiri ke sekolah. Menurutnya, lebih sehat dan praktis.
Tak berapa lama langkah Arga sudah menapaki ruang tengah. Nampak, satu sosok masih terbalut piyama, keluar dari biliknya.
"Selamat pagi Tuan."Mr. Bill segera membungkuk sopan diikuti dua anak buahnya.
Anthoni menyunggingkan seulas senyuman. Sesekali pria bertubuh tegap itu menguap.
"Selamat pagi Arga. Jam berapa sekarang? kamu tumben sekali sudah siap pagi-pagi begini,"heran Anthoni karena tidak biasanya putra kesayangannya itu sudah rapi jam segini.
"Pagi pa,"balas Arga.
Anthoni mengalihkan pandangannya menatap jam dinding. Waktu menunjukkan pukul enam lewat sepuluh menit.
"Kamu yakin mau berangkat sekolah dijam begini?"Anthoni memastikan.
"Yakin dong pa,"sahut Arga menyeringai.
"Ya sudah. Papa senang kalau kamu semangat begini. Ini baru anak papa."Anthoni mendekap putra bungsunya bangga.
"Kalau gitu, Arga pamit dulu pa."Arga menciumi punggung tangan ayahnya seraya memberi salam. Sudah tradisi Arga sebelum pergi memberi salam kepada Ayahnya yang tercinta. Itu pun kalau Ayahnya kebetulan ada dirumah seperti ini.
"Arga,"panggil Anthoni segera membuat Arga membalikkan tubuhnya.
"Ada apa pa?"
"Kenapa kamu tidak membawa mobil sport yang dulu ayah belikan untukmu?"tanya Anthoni sedikit bingung karena anaknya itu lebih suka membawa motornya yang sudah agak butut dari pada mobil mewahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Sekolah [COMPLETED]√
Teen Fiction[Proses Revisi] Info! Cerita ini mengandung unsur pembangkit emosi seperti marah-marah, sedih, terharu, takut dan Baper-baperan pastinya. Diharapkan yang punya ketahanan hati saja yang membacanya. Karena Novel ini memiliki campuran genre antara Roma...