PERINGATAN

830 54 5
                                    

Zena terbelalak tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang ini. Bagaimana mungkin ini terjadi? Bagaimana bisa dia kembali lagi kesini? harusnya dia sudah pulangkan? berbagai pertanyaan berkecamuk di dalam benaknya. Dia sungguh dibuat takjub oleh sosok tinggi di hadapannya sekarang ini.

"Kenapa? lo kaget?"sosok itu tersenyum sinis.

"Lo Arga kan? si murid baru? ngapain lo balik lagi kesini?"Zena masih tidak percaya. Matanya menyoroti sosok Arga dari ujung bawah sampai ke atas. gimana ceritanya nih cowok bisa masuk ke sekolah dengan pakaian bebas begini? Zena membatin.

Arga mengulas senyum remeh. Tanpa basa-basi tangan gadis itu langsung diseretnya menuju kelas.

Tentu saja, Zena terkejut bukan main. Pria ini seperti 'Alien'pikirnya. Tiba-tiba datang entah darimana dan langsung menariknya seperti kambing.

"Lepasin tangan gue!"rontah Zena menahan sakit akibat cengkeraman Arga.

Arga tak menghiraukan. Ia hanya fokus dengan arah tujuannya tanpa peduli jeritan Zena maupun sorotan orang-orang disekelingnya. Kepalanya sudah dipenuhi dengan kekesalan terhadap gadis ini.

Tak berapa lama kedua makhluk itu sudah tiba ditempat tujuan. Suasana ruangan sepi tak berpenghuni. Arga menghempaskan tubuh Zena ke dinding tanpa kasihan.

"Gue peringatkan sama lo, cewek gila. Jangan pernah berurusan sama gue."Arga memberi Zena tatapan setajam pisau.

Zena menyeringai remeh"lo gak ada hak buat ngelarang gue! terserah gue dong mau ngapain aja."

Arga berusaha menahan emosi. Tangannya terkepal erat. Hanya cara ini yang selalu berhasil membuatnya dapat mengontrol amarah.

Tangan Arga terkunci disisi kanan dan kiri. Zena tak bisa bergerak kemana-mana. Wajahnya kini mendekam dalam jarak kurang lebih lima senti meter dari gadis berambut panjang itu.

Napas Zena tertahan sejenak. Tubuhnya seketika menegang. Ia bahkan bisa melihat dengan jelas bundaran coklat bening yang beradu dengan mata birunya. Alis tebal, hidung lancip, dan bibir tipisnya. Zena bisa melihatnya dengan sangat jelas. Pria ini sangat tampan. Namun, Zena mengeraskan hatinya agar tak terbuai dengan makhluk tak sederajat ini.

"Lepasin gue!"Zena mencoba mendorong tubuh Arga agar ia bisa bebas.

"Gue mau lo minta maaf ke gue sekarang!"pintah Arga masih mencengkeram Zena.

Zena menahan tawa. Senyum sinis mulai terpancar dari sudut bibirnya. Ia tak percaya pria ini repot-repot kembali ke sekolah hanya untuk menyuruhnya minta maaf. What the...? Zena geleng-geleng kepala.

"Lo udah gak waras. Lo balik ke sini cuman mau gue lakuin itu?"Zena tersenyum remeh.

Tangan Arga terangkat mencengkeram kerah Zena. Membuat leher gadis itu terasa tercekik. Namun, Zena berusaha tenang. Ia tak mau dijebak cowok gila ini.

"Minta maaf ke gue atau lo bakal tau akibatnya."

Zena mulai merasa tak nyaman dengan posisinya sekarang. Rasanya, ia ingin segera lepas dari cowok ini.

"Nggak mau. Gue gak salah!"ketus Zena menepis tangan pria itu seraya membalas tatapan tajamnya.

"Kalo lo gak mau minta maaf."Kepalan Arga terangkat siap dihujamkan ke wajah Zena yang terlihat sedikit takut.

"Apa? lo mau nonjok gue? tonjok aja!"tantang Zena mencoba menyembunyikan rasa takutnya.

Sorotan mata Arga terlihat sangat serius. Tangannya mengepal erat menyimpan semua emosi yang siap ia tumpahkan.

Sultan Sekolah [COMPLETED]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang