MURAHAN?

481 28 18
                                    

Satu  per satu siswa-siswi mulai berdatangan memenuhi ruangan kelas. Tak terasa beberapa menit lagi bel masuk berdering. Zena dan lainnya sudah bersemayam dibangku masing-masing.

Zena tak berhenti menyorot ke arah pintu masuk, hendak memantau satu makhluk yang belum saja tiba. Tumben banget tu anak gak keliatan. Biasanya jam gini udah standbye dikelas. Ah! Biarin aja. Gue gak peduli. Gumam Zena membatin.

Matanya kini teralih kepada Lavi yang seperti biasa, duduk diam membisu menatap benda tebal didepannya.

Kesempatan emas bagi sang Ratu sekolah untuk melancarkan aksinya. Kakinya kini bergerak cepat melangkah ke depan. Dalam hitungan detik kedua tungkainya terhenti tepat di hadapan anak-anak.

Buk buk

Suara gaduh Zena menggebuk meja guru dengan telapak tangannya, mencoba menyedot perhatian teman-teman sekelasnya. Semua mata kini teralih kepadanya. Kecuali Lavi.

"Gue ada pengumuman maha penting buat kalian semua"ujar Zena sontak membuat para penghuni kelas itu jadi penasaran.

"Pengumuman apa Ratu?"tanya Raffa ingin segera tahu.

"GUE ZENA SEBAGAI RATU SEKOLAH MENYATAKAN, BAHWA LAVI"Zena menunjuk ke arah gadis itu langsung diikuti semua sorotan mata kepadanya.

"ADALAH MUSUH GUE. SIAPA SAJA YANG BERANI MENGAJAK ATAU BICARA DENGAN DIA, SAMA SAJA MENENTANG GUE"Zena menatap Lavi tajam.

Lavi menunduk mencoba menyembunyikan wajahnya.

"YANG SETUJU SILAHKAN ANGKAT TANGAN!"tegas Zena. Nampak tak ada yang berani mengancungkan tangannya. Zena menyeringai tak percaya. Pasalnya, teman-temannya akan selalu setuju dengan semua perintahnya.

"KOK KALIAN GAK ANGKAT TANGAN SIH? KALIAN MAU NGEBELAIN LAVI YA?"hardik Zena membuat semua temannya diam.

Zena segera melangkah ke arah kursinya kesal lalu mengeluarkan dompet merah mudanya, lalu kembali ke tempat pijakkannya tadi. Jari-jarinya segera bergerak meraih lembaran tebal didalam tas dompetnya. Dan tak butuh berapa lama, tumpukan uang kertas biru dan merah itu melayang ke udara hingga jatuh perlahan berhamburan didepannya.

"Semua yang ngedukung gue sama Arga boleh ngambil uang ini"desah Zena datar.

Tanpa aba-aba, semua anak berhamburan saling merujuk saru sama lain hendak berebutan lembaran uang kertas yang bertebaran di bawah kaki Zena.

Zena menatap Lavi remeh. Dalam satu babak ia sudah menang untuk membuat semua temannya jadi mendukungnya, hanya dengan uang satu juta. Uang segitu tak ada apa-apanya bagi Zena jika dibandingkan Arga. Untuk itu Zena akan melakukan apapun asal ia bisa mendapatkan Arga.

Sementara anak-anak sibuk berkerumun didepan kelas sambil berjongkok, satu makhluk yang baru saja ketinggalan info, menapaki lantai kelas dengan raut kebingungan. Untung saja, Zena sudah menyingkir dari sana setelah ia melelang semua uangnya itu. Bahkan sampai Poppy ikut berdesak-desakan hanya untuk memunguti satubper satu uang-uang itu.

Arga melangkah mendekati Zena hendak menuju bangkunya. Zena bertingkah seolah-olah tidak sedang terjadi apa-apa. Bahkan mood untuk menyapa pria tampan itu setiap pagi serasa hilang begitu saja mengingat insiden-insiden tak mengenakkan yang belakangan ini terjadi.

"Nih, parfum kesayangan lo"ujar Arga dingin sembari menyodorkan sebuah bungkusan biru bermotif menara Eiffel dengan aroma yang sama.

Zena menatap Arga sebal"gue gak nyuruh lo buat ganti parfum gue"

"Gue ngelunasi hutang Lavi ke elo"tutur Arga menatap Zena dengan raut sedingin es.

Zena mendengus kesal. Entah kenapa, selalu dan selalu saja Arga berusaha untuk membela gadis kolot itu. Zena benar-benar dibuat jengkel.

Sultan Sekolah [COMPLETED]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang