HAPPY BIRTHDAYS ZENA

437 28 39
                                    

Sudah dua hari berlalu dan belum ada tanda-tanda Arga menelepon bahkan mengiriminya pesan. Zena mondar-mandir dikamarnya. Bosan. Diskors harusnya menjadi suatu hal yang menyenangkan. Tapi entah kenapa, baginya itu malah sesuatu yang menyebalkan.

Zena membuang badannya begitu saja ke atas kasur dengan posisi telentang. Pikiran kini melayang-layang menerawang angkasa. Ia jadi sangat merindukan Arga saat ini. Entah sedang apa dirinya. Masihkah bersama Lavi? memikirkan semua itu membuat Zena berdecak kesal. Yang jelas ia sangat merindukan Arga. Apa gue telpon aja? enggak ah, kan yang salah dia bukan gue. Tapi gue kangen. Erang Zena menatapi layar ponselnya.

Sementara sang penghuni kamar tengah asyik berbaring, tiba-tiba bel rumah berdering.

DRRTDDRT

Arga :  Gue didepan pintu. Cepat turun.

Kelopak mata Zena kini membuka lebar menatapi sebuah pesan singkat yang tertera jelas dilayar ponselnya.

Tanpa tunggu aba-aba, ia segera merosot keluar menuruni anak tangga kemudian berlari menuju pintu. Untung saja, belum ada pembantu yang mendahuluinya. Dengan segera, diraihnya gagang pintu itu lalu membukanya perlahan. Dan, nampaklah seorang pria tampan dengan jaket biru dan kaos hitam. Ditangannya bersarang sebuah bucket  bunga dan boneka beruang besar berwarna merah muda.

"Ini buat lo"Arga menyodorkan bucket bunga Mawar merah dan boneka berbulu lembut itu, yang langsung disambut Zena dengan tatapan kaget.

"Apa ini?"heran Zena.

"Itu bunga asli dan boneka. Semoga kamu suka"ucap Arga tulus.

Zena mematung sejenak memandangi Arga dengan mata tak berkedip.

"Apa gue sebegitu gantengnya? hingga lo jadi kayak patung begitu?"goda Arga menyeringai.

"Cih, kepedean"decih Zena. Arga tersenyum.

"Mana pelukan buat gue?"tanya Arga sembari merentangkan kedua lengannya.

"Gue masih marah sama lo"sahut Zena membelakangi pacarnya itu.

"Jadi gue belum dimaafin?"ujar Arga menggaruk dahinya yang tak gatal.

"Pikir aja sendiri"Zena pura-pura sebal.

Arga menatap sosok Zena, lalu melangkah mendekati gadis itu. Tak berapa lama, tubuhnya sudah menempel dipunggung Zena. Lengannya segera melilit bagian perut gadis itu erat. Seakan melepaskan rindu yang baru tersampaikan.

"Maafin gue ya? gue kangen banget sama lo"desah Arga didekat telinganya membuat Zena membeku sejenak.

Tiba-tiba bunyi letusan dari belakang kedua insan itu. Arga segera merenggangkan rengkuhannya lalu menoleh mengikuti arah pandang kekasihnya itu.

"HAPPY BIRTHDAYS ZENA"kejut Poppy dan segerombolan teman sekolahnya.

Zena membekap mulutnya tak percaya. Bagaimana bisa teman-temannya mengingat hari ulang tahunnya? Zena benar-benar terharu.

"Gimana kalian bisa tahu?"tanya Zena heran.

"Yaiyalah tahu. Asal lo tahu ya Na. Arga yang punya ide ini semua"tutur Poppy melirik Arga.

Zena menatap pria disampingnya terharu. Arga? benarkah dia yang menyiapkan kejutan ini? Zena sangat senang. Rasanya, ia ingin sekali menangis karena terharu.

"Happy birthdays sayang"ucap Arga mengecup lembut kening Zena.

"Thanks"Zena mendekap tubuh Arga erat. Jujur, ia sangat merindukan tubuh ini.

Sultan Sekolah [COMPLETED]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang