"So-sorry, gu-gue milih Arga."Lavi menunduk takut seraya berlindung dibalik punggung Pria putih itu.
Zena tercengang tak percaya. Matanya menyorot tajam seakan ingin segera menghabisi mangsanya.
"LO LAVI."Zena maju selangkah ingin menjangkau Lavi untuk menjambak-jambak rambut perempuan dibelakang Arga.
Arga segera menghadang tubuh Lavi mencoba memberi perlindungan kepada gadis mungil itu.
"Minggir lo."Zena mendorong tubuh Arga agar menjauh dari Lavi, namun kakinya tak sengaja tersandung hingga membuat tubuhnya oleng.
Arga segera menahannya. Tubuh Zena kini jadi menempel dengan lelaki sipit itu. Sekilas Arga bisa melihat manik-manik dibundaran biru gadis itu. Indah sekali. Arga hampir saja terbuai. Dengan segera, ia melepaskan dekapannya dari Zena.
"Kenapa sih lo meluk-meluk gue? modus ya lo?"Zena melirik sebal seraya mengusap-ngusap tubuhnya seakan menghempaskan segala debu yang baru saja menempel.
Arga menghembus napas berat. Entah kenapa, gadis ini semakin menyebalkan. Ditolongin bukannya terima kasih malah balik membentak-bentaknya. Arga tak mengerti. Ia lebih memilih diam sekarang dari pada kepancing emosi dengan gadis iblis ini.
Tanpa menghiraukan ocehan Zena, Arga melintasinya mengambil ranselnya lalu pergi begitu saja.
"Heh, mau kemana lo?"sewot Zena tak terima diabaikan begitu saja.
Arga tak menjawab ia terus menapaki lantai kelas hingga tiba diluar. Mata angin kini mengarahkannya menuju lapangan basket.
Sementara itu, tanpa tunggu aba-aba Lavi langsung berlari keluar menuju perpustakaan menghindari amukan Ratu. Zena menghentak-hentakkan kakinya kesal. Kesal bukan karena Lavi atau Arga yang meninggalkannya tapi jengkel karena sepatunya jadi sangat kotor sekarang.
****
Kaos merah tak berlengan lengkap dengan celana selutut, Arga siap menggiring bola. Hari ini merupakan momen pertama pria itu bergabung dalam tim basket sekolah. Selain suka membaca buku, Arga juga suka bermain bola jaring itu.
"Welcome, bro."Tos Kapten basket menyambut Arga.
Arga memang terbilang masih baru di SMA Budi Luhur dan terkenal dengan sifatnya yang rada dingin. Namun, tak menutup kemungkinan bahwa ia tak bisa bersosialisasi. Arga hanya ingin menikmati kebebasannya selama di SMA. Belajar, membaca dan bermain basket. Tapi, tidak dengan 'pacaran'.
Satu kalimat itu rasanya belum terlintas dan terpikirkan olehnya. Jika anak-anak pria lainnya sibuk dengan dunia Percintaan dan Asmara, maka ia satu-satunya yang berbeda. Untuk sekarang Arga lebih memilih 'Sendiri dulu'. Sejauh ini belum ada satu gadis yang bisa menarik hatinya. Tak satu pun.
Itu karena si Pangeran Es memiliki Kriteria sendiri dalam memilih gadisnya. Intinya, Arga tak tertarik karena belum menemukan yang sesuai dengannya.
Benda bulat orange, kini sudah besarang ditangannya. Arga mengambil posisi mengangkang dengan punggung membungkuk seraya melakukan dribble.
Dua orang bertubuh tak kalah tinggi dan tegap berusaha merebut bola itu darinya dengan gesit Arga menghindar dan tak butuh waktu lama benda bundar itu sudah terisi di tiang jaring.
Beberapa pasang mata yang tak sengaja menyaksikan permainan keenam orang itu sontak menyoraki Arga. Tak butuh waktu lama sudah banyak manusia yang bertengker diluar jaring besi tertarik untuk menyaksikan penampakkan sosok tampan didalam sana.
"Lo hebat juga bro. Gak salah gue nawarin lo kemarin,"ujar Joshua sang Kapten.
Arga hanya mengulas senyum dingin lalu mengusap peluhnya yang merembes ke pelipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Sekolah [COMPLETED]√
Teen Fiction[Proses Revisi] Info! Cerita ini mengandung unsur pembangkit emosi seperti marah-marah, sedih, terharu, takut dan Baper-baperan pastinya. Diharapkan yang punya ketahanan hati saja yang membacanya. Karena Novel ini memiliki campuran genre antara Roma...