Sang mentari mengintip dari balik jendela dan perlahan menjalar ke peraduannya. Sengatan lembutnya tak menebus jaket kulit seorang pria tampan yang sedang mengendarai kuda besinya menuju SMA Bakti Luhur.
Motor Ninja-nya membelah jalan meninggalkan gedung-gedung tertinggal di belakangnya.
Tak berapa lama kendaraan roda duanya melamban hingga terhenti tepat diparkiran. Arga segera menanggalkan benda bulat pelindung kepalanya serta jaketnya, ia pun segera menggiring tumpuannya melintasi pintu gerbang lalu menyusuri lorong sekolah.
Seperti biasa, pagi-pagi begini sudah ada banyak anak yang berkeliaran dikoridor. Entah itu, hanya sekedar berunding tentang apa saja. Ada yang mematung di depan mading hanya sekedar menengok info-info penting atau lainnya,bahkan ada yang nongkrong bersender ditembok atau pinggiran sambil membaca buku.
Arga mulai terbiasa dengan suasana sekolah barunya. Hanya beda tipis dengan sekolah lamanya. Bedanya, Kalau disekolahnya yang dulu banyak yang suka kejar-kejaran, tapi disini tenang dan beretika.
Arga terus membawa kakinya melewati orang-orang yang kini menatapinya luluh.
"Eh,itu cowok yang main basket dilapangan itu, kan?"bisik salah satu gadis diantara beberapa anak lainnya yang tengah berdiri dipinggiran koridor dengan tatapan terkesima.
"Iya bener. Wah, gile. Diliat dari dekat lebih ganteng."
"Siapa ya namanya? kelas berapa? punya pacar gak ya? "
"Lo nanya ke siapa sih?"timpal seorang cewek bertubuh agak gemuk.
Arga bersikap acuh tak acuh. Seolah semua kicauan para fans-nya hanya angin lalu. Memang sudah perangai pria itu yang apatis. Seolah tak peduli dengan apapun. Ia pun semakin mempercepat langkahnya. Berharap cepat tiba di kelas. Dan membaringkan kepalanya yang terasa berdenyut sejak tadi malam.
Namun, belum sempat kakinya melangkah lagi, matanya tak sengaja mengarah ke samping tempat di mana sudah ada anak-anak yang berkerumun di depan mading. Arga pun ikut penasaran. Dengan pelan, ia maju melangkah hingga merambat ke papan hitam di depannya.
Namun, matanya harus dikejutkan dengan foto yang terpajang di sana.
Arga menyorot matanya lebih dekat ingin memperjelas apa yang dilihatnya. Orang-orang yang ada disitu sontak memberinya ruang. Kelopak matanya membuka seketika. Gambar ini sangat tidak patut untuk dilihat menurutnya. Kepala Arga serasa membara siap berkobar. Entah kenapa, dinding es dalam dirinya saat ini tak bisa meredam panas di dalam dirinya.
Dengan segera, gambar-gambar itu dicopotnya dan diremas hingga tak berbentuk. Chris. Ini pasti ulah lelaki brengsek itu. Arga sudah bisa menebak. Tak butuh lama, Arga sudah berada di lantai dua tepat di mana kelasnya berada. Semua papan terpajang foto itu.
Satu sosok yang terpikirkan olehnya saat ini. Zena. Dimana Zena? Arga melempar pandangannya ke seluruh sudut ruangan. Namun, tak ada penampakan gadis itu di mana pun. Hanya ada ransel dan bukunya. Poppy pun belum terlihat. Arga segera mencari Zena. Ia sudah bisa menebak pasti gadis itu sedang berada di atap sekolah seperti biasanya.
Arga segera meroket ke tempat itu. Tak butuh waktu lama dirinya sudah berada di sana. Diedarkan pandangan ke setiap sudut ruangan itu. Namun, sama sekali tak ada sosok Zena di sana. Dimana sih dia? Arga membatin.
Ia pun segera turun. Mencoba mencarinya dikantin, lapangan, dan di mana saja. Langkah Arga kini menapaki lantai satu. Pandangannya langsung disambut dengan ruang-ruangan milik anak kelas X. Dan disampingnya, Arga sudah bisa melihat dua lapangan dikelilingi ruang IPA dan IPS milik kelas X yang berjejer seakan melingkari lapangan upacara, kemudian di sebelahnya lapangan futsal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Sekolah [COMPLETED]√
Teen Fiction[Proses Revisi] Info! Cerita ini mengandung unsur pembangkit emosi seperti marah-marah, sedih, terharu, takut dan Baper-baperan pastinya. Diharapkan yang punya ketahanan hati saja yang membacanya. Karena Novel ini memiliki campuran genre antara Roma...