BENARKAH?

524 29 11
                                    

Bunyi  bel jeda sudah berkumandang dari beberapa menit yang lalu. Dan sudah bisa ditebak dimana sang 'Ratu sekolah' bertengker saat ini. Dua gadis terperangah tak percaya menatap Zena seakan baru saja mendengar berita mustahil.

"Really?"kejut Jazy seolah tak percaya.

"Lo pasti bercanda kan, Na?"tanya Poppy mengurangi rasa kejutnya dengan menyeruput jus jeruk.

"Oh my God, Poppy. Apa muka gue keliatan lagi becanda?"serius Zena.

"Enggak sih. Yah, kalo menurut gue nih ya, Arga itu ganteng sih. Tapi, penampilannya biasa aja tuh. Gak keliatan kayak anak orang kaya. Tapi kok bisa ya, dia anak dari orang terkaya ketiga se-indonesia pula?!"celetuk Poppy terkesima.

Raut Zena kini jadi kusut seraya menopang dagunya sebal.

"Makanya itu,"ketusnya.

"Jadi, apa keputusan lo sekarang?"tanya Poppy menatap Zena intens membuat Zena terpaku sejenak.

"Apa lo akan coba ngedeketin dia?"timpal Jazy ingin tahu.

Entah kenapa, napas gadis berambut lurus itu terasa tertahan. Ia juga belum memutuskan untuk tindakan selanjutnya. Nampak Poppy dan Jazy sedang menunggu ucapan yang akan terulas dari bibir sahabat mereka itu.

"Gu-gue masih belum mikir sampe disitu,"jawab Zena berusaha tenang.

Poppy dan Jazy saling menatap dengan ekspresi seolah berkata 'ya, sudah' dalam diam.

"Tapi, ingat Na. Jangan sampe lo kalah taruhan. Lo dah tau kan apa akibatnya?"seringai Poppy mengingatkan.

Zena mendadak kaku. Entah kenapa Perkataan sahabatnya Poppy seakan membuat bibirnya keluh.

"Iya, bener tuh kata Poppy. Kalo sampe lo kalah, siap-siap aja jadi 'viral' seantero sekolah,"timpal Jazy mengulas senyum remehnya.

"GUE GAK AKAN KALAH! KALIAN DENGAR ITU,"gertak Zena sebal seraya bangkit dari kursinya melangkah pergi meninggalkan kedua sahabatnya yang senyum-senyum seolah menyiratkan sebentar lagi 'sobat' mereka satu itu akan segera kalah.

Zena menarik langkahnya cepat menyusuri lorong sekolah dengan kesal. Satu hal yang kini menghantui pikirannya. 'Cinta'. Yah, Ia benar-benar takut kalau sampai 'Jatuh Cinta' dengan lelaki yang semalam mengejutkannya di acara pesta itu.

Kedua kakinya kini menapaki lantai dua. Kembali ia melanjutkan langkahnya hingga tiba di dalam kelas. Dan sudah bisa ditebak, kelasnya kini hanya memiliki beberapa penghuni saja di dalamnya. Yah, siapa lagi kalau bukan Raffa, Andre, Joni dan Farah yang lagi berduaan dan si Cupu Lavi yang nampak sibuk dengan buku dan penanya.

Kali ini arah pandangan Zena tertuju kembali di tempat kosong yang sudah lama tak berpenghuni itu. Semburan lesuh langsung keluar dari kedua lubang hidungnya. Zena terduduk sebal sembari membenamkan wajahnya diantara celah kedua lengan. Tak bergairah. Sebal. Lesuh. Dan terlebih lagi nafsu makannya seakan lenyap begitu saja.

Kini ia tenggelam dalam pikirannya sendiri. Nama 'Arga' seolah berputar-putar di dalam benaknya. Zena masih belum percaya atau lebih tepatnya belum 'mengakui' kalau pria yang selama ini dicapnya 'Gembel', ternyata seorang yang sangat kaya. Bahkan melebihi kekayaannya. Zena frustasi. Ia nampak sulit menerima kenyataan itu.

****

Keesokkan harinya.

Kendaraan beroda dua jenis Ninja, meluncur dengan kecepatan rendah menuju parkiran. Motor putih itu terhenti tepat disela antara dua kendaraan sejenis lainnya. Helm, jaket dan sarung tangan segera ditanggalkannya. Lima jarinya digunakan menyisir poninya ke samping hingga menampakkan jidatnya yang putih mulus.

Sultan Sekolah [COMPLETED]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang