"Terkadang tidak mengetahui kebenaran terasa lebih baik"_
>>•JENTERA•<<
Selang pernapasan kini sudah terlepas dari wajahnya. Viola sudah nampak baik sekarang. Kedua orangtua mereka tampak senang melihat kedekatan kedua putra-putrinya.
Rian kini dengan sabar menyuapi Viola, bubur. Gadis itu sesekali tersipu malu.
"Kamu udah kenyang Snow?"tanya Rian menatap wajah cantik Viola.
"Iya"
"Ini minum"sodor Rian kemudian disambut Viola.
"Kamu harus cepat sembuh"desah Rian menggenggam tangan Viola.
"Aku akan sembuh. Tidak perlu memasang wajah cengeng begitu King"kekeh Viola tipis.
"Apa wajahku keliatan cengeng?"Rian memegangi kedua pipinya.
Viola tertawa ringan"iya, kamu masih saja cengeng dan penakut. Kapan kamu akan jadi dewasa King?"
"Aku sudah dewasa Snow. Berhenti mengataiku cengeng dan penankut. Karena mulai sekarang aku yang akan melindungimu"ujar Rian memperlihatkan otot lengannya yang kempis.
Viola kembali tergelak tawa.
"Kamu lucu sekali"
"Kamu senang bisa melihatmu tertawa lagi Snow. Tolong jangan pernah tinggalin aku lagi ya?"desah Rian menatap raut Viola serius.
Viola mengangguk lalu tersenyum.
"Aku nggak akan ninggalin kamu King"senyum Viola membuat Rian tersipu malu.
"Terima kasih Snow"ucap Rian mencoba tidak menitikkan air matanya.
"Jangan menangis"ancung Viola.
"Aku tidak menangis. Nih aku senyum kok"Rian menarik kedua sudut bibirnya hingga membentuk lengkungan.
Viola kembali tergelak tawa.
"Dasar bodoh"
Nampak dari arah tidak jauh orangtua mereka tersenyum bahagia melihat tingkah kedua anak muda itu. Syukurlah.
>>•JENTERA•<<
Raffa dan kawan-kawannya nampak asyik bermain game mobile-legends. Kelas pun aman dari kerusuhan ulah cowok bertopi itu. Raut Zena nampak muram. Sedari pagi ia sama sekali tak bersemangat untuk melakukan apa-apa. Jangankan belajar, menyentuh handphone-nya saja ia tak ada minat.
Zena memilih membaringkan kepalanya yang berkunang-kunang di atas meja. Dalam hati ia berdoa semoga kelas ketiga ini lowong. Seperti biasa, Poppy nampak asyik dengan ponselnya. Gadis itu sangat gemar mengecek semua akun sosialnya.
"Na, kenapa Arga gak masuk?"tanya Poppy menoleh sekilas ke arah Zena yang terbaring.
"Katanya ada urusan keluarga"tutur Zena lesuh.
"Oh, gue liat lo sedari pagi kayak lusuh gitu. Lo kenapa? gue ngajak ke kantin gak mau sekarang malah diajak ngomong gak minat"sungut Poppy karena tingkah Zena yang aneh.
"Gue lagi ada masalah keluarga. Bokap gue lagi sakit dan sekarang perusahaan Papi gue bangkrut"ujar Zena memegangi kepalanya frustasi.
"WHAT?"kejut Poppy sontak mengundang tatapan anak-anak tersorot kepadanya.
Zena mencebik kesal.
"Se-serius Na? kok bisa Papi lo bangkrut? terus lo gimana sekarang? gue gak bakal ditraktir lagi dong?"celetuk Poppy nampak cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Sekolah [COMPLETED]√
Teen Fiction[Proses Revisi] Info! Cerita ini mengandung unsur pembangkit emosi seperti marah-marah, sedih, terharu, takut dan Baper-baperan pastinya. Diharapkan yang punya ketahanan hati saja yang membacanya. Karena Novel ini memiliki campuran genre antara Roma...