Tuan Ho Liu nampak mondar-mandir di depan pintu ruang ICU cemas. Dia tidak bisa bernapas lega sekarang bahkan ia juga tidak bisa duduk dengan tenang. Perasaan pria itu benar-benar diliputi kekhawatiran besar. Terlihat beberapa kali ia mencoba menghubungi istrinya yang kini belum juga tiba karena ada urusan penting dikantor.
Arga, Zena bahkan Rian kini nampak cemas menunggu dokter yang menangani Viola agar segera keluar. Sudah hampir satu jam mereka bertengker di luar.
Tiba-tiba ponsel Arga berdering. Dilepasnya tangan Zena yang sedari tadi digenggamnya itu, kemudian menjauh dari sana hendak mengangkat sambungan teleponnya.
"Halo Pa?"Arga mengangkat sambungan dari Ayahnya.
"Arga di mana kamu sekarang? kamu tahu sudah jam berapa sekarang?"oceh Anthoni di seberang sana.
Arga menghembus berat"Arga lagi di rumah sakit Pa"
"Ngapain kamu di sana? cepat pulang sekarang Papa ingin bicara serius sama kamu dan Gilang"titah Anthoni duduk disofa ruang tengah.
"Arga belum bisa pulang Pa. Viola masuk rumah sakit. Dikit lagi baru Arga pulang"desah Arga mencoba memberi pengertian kepada Ayahnya.
"Pokoknya Papa tidak mau tahu,kamu harus pulang secepat mungkin!"tegas Anthoni tak peduli.
Anthoni memutuskan sambungannya. Arga menatap layar ponselnya heran. Entah apa lagi yang akan Ayahnya bicarakan. Bukannya masalah perjodohan sudah selesai? Arga mencoba tenang.
Arga membalikkan badannya lalu melangkah menuju di mana lima orang yang kini bertumpu mengerumuni sang Dokter. Arga segera menarik langkahnya mendekat.
"Gimana keadaan Putri saya Dokter?"tanya Ibu Viola cemas.
"Tenanglah bu. Anak Anda masih selamat. Luka bekas sayatan dipergelangan kirinya sudah dijahit dan saat ini pasien masih belum juga sadar diri. Dan untuk itu, adalah di antara kalian yang bisa mendonorkan darah untuknya?"tanya Dokter Hery.
Ibu dan Ayah Viola saling memandang. Ada perasaan cemas diwajah yang mulai mengeriput itu.
"Bagaimana? pasien sangat membutuhkan pasokan darah A+ saat ini"desah Dokter Hery.
"Biar Mama saja. Papa tidak mungkin kan? karena Papa juga kekurangan darah"desah Ibu Viola.
"Mama juga baru kemarin donor darah kan? apa tidak apa-apa?"timpal Tuan Liu sontak membuat istrinya cemas.
"Ambil darah saya saja Dokter"tawar Rian.
Semua mata tersorot kepadanya kini.
"Kebetulan darah kami sama"ucap Rian ramah.
"Baiklah. Kamu ikut saya sekarang"tutur Dokter itu segera diikuti Rian melangkah membuntutinya.
Arga dan Zena hanya bisa menatap kepergian Rian hingga tenggelam di balik sana.
Sementara Tuan Liu nampak berpikir sesuatu. Mereka hanya berharap semoga Viola segera siuman.
>>•JENTERA•<<
Malam semakin larut dan Arga baru saja tiba dirumah. Ia memilih pulang ke rumah terlebih dahulu mengantar Zena lalu menemui Ayahnya, kemudian besok pagi baru kembali ke rumah sakit menjenguk Viola.
Arga turun dari Ninja putihnya lalu melangkah hingga di depan pintu ingin masuk. Segera diraihnya gagang pintu dan ternyata tidak dikunci. Ada sedikit rasa lega dihatinya. Namun, rasa leganya tidak bertahan lama karena kini Anthoni tengah duduk disofa nampak sengaja menunggu kepulangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Sekolah [COMPLETED]√
Roman pour Adolescents[Proses Revisi] Info! Cerita ini mengandung unsur pembangkit emosi seperti marah-marah, sedih, terharu, takut dan Baper-baperan pastinya. Diharapkan yang punya ketahanan hati saja yang membacanya. Karena Novel ini memiliki campuran genre antara Roma...