Jangan lupa vote dan comentnya😉😉
Selamat membaca☺
Atika mengucapkan terimakasih pada seniornya itu karena mengantarnya pulang dalam keadaan sehat walfiat. Bryan, hanya membalasnya dengan anggukan tanpa memandang padanya.
"Dasar cowok rese."
Atika mengumam sambil memandangi mobil itu hingga menghilang dibelokan kanan. Atika menghela nafasnya ini sudah sangat sore pasti ia kena omel. Ia membuka pintunya dengan wajah cemas, yang pertama ia lihat adalah Acha yang sedang duduk di sofa single dengan wajah angkuhnya.
"Enak ya, pacaran sampe jam segini pulang!" kata Acha tersenyum sinis. Gadis itu tengah bersandar di bangku beranda sambil bersidekap dada.
"Gue ngak pacaran," jawab Atika malas.
Tiba-tiba neneknya datang dengan wajah galak. Sepertinya Atika, akan mendapat amukan dari wanita tua itu.
"Udah ngak bisa diatur lagi kamu, sampe keluyuran dari siang sampe sore," bentak Neneknya menatapnya tbent.
"kalau kamu ngak bisa diatur pergi kamu dari rumah ini! Cari orang yang tidak mau mengatur kamu supaya kamu senang-senang diluaran sana!" Lanjut Neneknya sambil bersidekap. Selalu saja mengancam seperti itu, pikir Atika.
"Maaf nek!" ujarnya dengan wajah menunduk.
"Maaf terus yang kamu katakan bila melakukan kesalahan, kamu ngak ada bedanya dengah Ayahmu yang ngak bertanggung jawab itu," ejek Neneknya, membuat hati Atika meradang. Ia tidak suka disamakan apalagi dengan orang yang dibencinya, walaupun itu Ayahnya sendiri
"Permisi nek!" ucapnya dengan mata memanas. Atika tak tahan lagi berdebat dengan neneknya. Seandainya wanita tua itu bukan wanita yang melahirkan ibunya ia pasti akan melawan. Dengan langkah gontai ia menuju kamarnya, Atika yang berpas-pasan dengan Tantenya melenggos begitu saja. Tantenya hanya menatap punggung gadis itu sendu.
Atika menutup pintunya lalu bersandar akhirnya tangisnya pecah juga, ia meraba dadanya yang terasa sesak. Seandainya ia tinggal bersama ibunya pasti kehidupannya tidak seperti ini. Ia sangat iri mendengar cerita teman-temannya tentang ibunya yang suka mengomeli karena khawatir tapi Neneknya tidak pernah khawatir padanya. Wanita tua itu selalu menghina dan mengancamnya jika ia berbuat kesalahan sekecil apapun itu.
"Ma, Adit, aku kangen." Ujarnya terisak. Tubuhnya meluruh begitu saja dilantai merasakan kepedihannya terlahir dari keluarga broken home. Sementara jauh disana seorang remaja lelaki meraba dadanya yang terasa sesak, ia merasakan ulu hatinya perih dan seakan tercubit.
"Apa gue sakit yah? Dada gue kenapa jadi sesak?" Pikirnya sambil menekan-nekan dadanya pelan.
"Kenapa loe bro?" tanya sobatnya bernama Rico. Adit melepaskan tangannya yang sedari tadi menempel pada dadanya lalu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis.
"Gue ngak apa-apa," Jawabnya seraya berdiri menuju motornya.
"Mau kemana lo?"
"Pulang!"
"Ya elah masih jam 10 malam."
"Besok sekolah!" jawab Adit, sekenanya lalu menjalankan motornya meninggalkan bangunan tua itu, tempat dimana para anak berandalan berkumpul. Tak jarang tempat itu menjadi tempat orang menggunakan obat-obat terlarang.
************************************
Setelah selesai dari kantin, Atika berpamitan pada Rizal dan Melly ingin ketoilet. Padahal ia menuju taman sekolah yang berada di belakang gedung sekolah.
Atika meraih ponsel tuanya yang tadi dia masukkan didalam sakunya dan mencari sebuah kontak disana. Menempelkan ponsel itu ketelinganya dia menunggu dering berubah menjadi sebuah jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atika (Selesai)
RandomRevisi Semuanya baik-baik saja menurut Atika saat ia belum masuk dalam anggota Osis. Entah mengapa hal itu merenggut masa-masa santainya. Apa lagi ia harus bertemu dengan Bryan, si ketua Osis, cowok super jutek, yang kalau bicara buat emosi. Sement...