part 49

227 18 2
                                    

Haloha!!!!

Siapa yang rindu sama Atika dan Bryan unjuk gigi 😃😃

Maaf ya lama ngak update

Happy reading

Jangan lupa Vote and coment😉


"Berisik lo!" Bryan melemparkan bantal sofa pada Dimas yang tampak heboh sendiri bermain game. Dimas orangnya simple dan mudah untuk membuat hatinya senang. Lihatlah, padahal dia memainkan game itu seorang diri.

"Apaan sih! Ganggu aja lu!" Ujar Dimas kesal membalas melempar bantal itu pada Bryan. Lelaki itu berhasil menangkisnya. Dimas mencebikkan bibirnya, padahal ia sudah berharap bantal itu tepat mengenai wajah Bryan yang tampak menyebalkan dimatanya.

"Anda kurang beruntung!" Kata Bryan terkekeh.

"Lo kalo galau rese juga ya." Sahut Dimas melirik sinis.

"Sok tau lo!" Elaknya. Dia memang galau karena sedari tadi Bryan mengirim pesan pada Atika namun tidak ada balasan. Ditelpon juga tidak angkat. Bryan kembali menelepon kontak Atika namun hanya suara operator yang tidak terdengar.

"Ck! Kok ngak diangkat sih! Emang dia lagi ngapain!" Kata Bryan kesal. Ia hampir saja melempar ponsel yang tidak bersalah itu kelantai.

"Emangnya kalo dia ngak ngangkat kenapa?" Ujar Dimas mengejek, "Lo kan bukan siapa-siapa dia!" Imbuhnya pedas.

Jlebeb

Perkataan Dimas seakan menohok jantungnya. Dia hanya melayangkan tatapan datarnya pada Dimas yang tersenyum puas.

"Kenapa sih lo ngak nyusul dia aja ke apertemennya!" Usul Dimas. Bryan menghela nafasnya. Kenapa dia tidak kepikiran kesana. Mengapa pula orang membulinya barusan yang memberi ide.

Ia meraih jaket kulitnya yang tersampir disandaran sofa lalu beranjak berdiri. Dimas yang melihat hal itu terkekeh.

"Kemana lo?"

"Ke laut." Jawabnya kesal. Sudah tahu malah bertanya lagi.

"Ha...ha...ha." Bryan mendengus saat mendengar suara tawa nyaring milik Dimas.

"Kenapa perasaan gue ngak enak ya." Gumamnya saat diambang pintu kamar mioik Dimas, lalu dia bergegas pergi untuk memastikan sesuatu.

Suasana didalam mobil tampak hening. Sang suami yang sedang menyetir tampak membuang nafasnya kasar. Sedari tadi isterinya itu hanya membungkam mulutnya sambil memangku anaknya disamping bangku kemudi. Wajahnya tampak sembab karena terlalu lama menangis. Mereka berencana menyusul ke aperteman Atika.

"Sayang, kamu ngak usah khawatir Atika pasti baik-baik saja." Ujar suaminya dengan lembut. Wanita itu hanya tersenyum kecut.

"Kalo dia tidak di apertemen bagaimana?"

Lelaki itu menghela nafasnya, "Kamu jangan dulu berprasangka buruk." Wanita itu bungkam. Pikirannya bercabang kemana-mana, mengingat kembali bagaimana Atika menatapnya penuh kecewa dan rasa benci membuat dadanya kembali berdenyut nyeri. Ia kembali merasa bersalah menelantar anak gadisnya itu. Ia kembali terisak dalam diam. Suaminya hanya menghela nafasnya.

Setelah menempuh perjalanan 30 menit akhirnya sepasang suami isteri itu sampai kepelataran apertemen Atika. Setelah memarkirkan mobil, mereka langsung menuju bilik milik Atika.

"Atika tidak ada didalam." Ujar wanita itu lemas setelah menekan bel beberapa kali, "gimana nih!"

Suaminya langsung merengkuh tubuh wanita itu kedalam pelukan. Putri kecil mereka hanya menatap bingung kedua orangtuanya dengan wajah bingungnya. Ia masih tidak mengerti mengapa dari tadi momynya terus menangis.

Atika (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang