Selamat membaca
Atika sudah menceritakan masalahnya pada Mely, gadis itu banyak menasehatinya, setelah sekian lama ia menutup diri tenatang keluarganya akhirnya ia dengan sukarela menceritkannya pada Mely. Kaki jenjangnya melangkah menyusuri koridor ketika ia hendak membelok ia melihat beberapa orang membuly seorang nerd. Ia tampak meraba-raba sesuatu sedangkan 3 orang yang membullynya hanya tertawa kesenangan.
"Ck, masih ada juga orang kayak mereka." Geramnya. Ia melangkah mendekat, ternyata anak itu mencari-cari kacamatanya, kemudian ia mengambil kaca mata itu lalu memakaikannya pada nerd itu. Ketiga orang itu menghentikan tawanya, mereka menatap Atika tak senang.
"Kalian itu ya, benar-benar ngak punya otak! Udah tahu ia ngak bisa melihat dengan jelas pake benda itu, kenapa dibuang?! Ucapnya dengan suara meninggi.
"Loe ngak usah ikut campur!" Ucap salah seorang yang berbadan paling besar. Atika menelan ludahnya susah payah, nyalinya menciut tapi bukan Atika namanya kalau ia menyerah begitu saja.
"Mana bisa gue ngak ikut campur, kalian membullynya didepan mata gue!" Sahutnya dengan wajah menantang meski hatinya sudah ketar-ketir.
Lelaki itu tersenyum miring, "Nyali loe, oke juga." Katanya menatap Atika tajam, kemudian lelaki itu mendorong Atika hingga ia mudur beberapa langkah. Nerd itu meringgis melihatnya, ia tak bisa membayangkan wajah cantik Atika bakalan kena bogeman lelaki itu.
"Loe cemen juga beraninya sama perempuan." Kata Atika sakarstik. Wajah lelaki tampak memerah sedangkan kedua temannya hanya menatap was-was, sampai suara seseorang mengintrupsinya.
"Ada apa ini?" Mereka serempak menoleh sedangkan Atika menghembuskan nafas lega. Bryan sudah seperti malakiat penyelamatnya saja. Tak ada yang berani menyahut, mereka hanya saling berpandangan seperti memeberi kode, tak menunggu lama mereka pergi.
"Untung kak Bryan datang!" Kata Atika lega. Bryan hanya memutar bolamatanya kemudian ia mengalihkan matanya pada nerd itu. Nerd itu hanya menunduk takut, Bryan tahu anak itu masih kelas satu sedangkan Nerd itu tahu bahwa Bryan salah satu pemandu Mos yang galak.
"Loe ada urusan apa sama Gara?" Tanya Bryan tanpa ekspresi. Atika hanya menyengir, "Tadi ia membully dia, makanya gue nyamperin terus dia kayaknya ngak terima." Ucapbya cengengesan.
Bryan menghela nafasnya lalu ia menoleh pada nerd itu, "Siapa nama loe?"
"Andi kak." Cicitnya.
"Kakak buat dia ketakutan." Kata Atika sebal.
"Ck, masa laki-laki lemah gitu." Bukannya merasa bersalah Bryan malah meledek.
"Udah ngak usah takut, loe balik gih!" Kata Atika lembut, Andi mengangkat wajahnya dengan malu-malu, "Makasih kak." Ujarnya tersipu. Bryan mendengus melihatnya, giliran cewe yang bicara Lelaki itu langsung tegar gitu bicaranya.
Setelah kepergian lelaki itu Atika menoleh pada Bryan, gadis itu penasaran kenapa Bryan datang menghampirinya.
"Kakak ngapain disini?"
Bryan menggaruk tengkuknya, seperti orang yang salah tingah.
"Gue hanya kebetulan lewat aja."
Atika mengangguk lalu mengangkat bahunya acuh. Gadis itu hendak beranjak pergi namun Bryan menahan lengannya. Atika menoleh dengan wajah bertanya.
"Sebisa mungkin jangan berurusan dengan Gara, ia tak baik untuk kamu, seluruh murid sekolah juga tahu kalau ia pembuat onar." Kata Bryan dengan wajah serius. Atika mengerjabkan matanya, "Kenapa?"
"Hah!"
"Kenapa kakak ngasih tahu tentang hal ini pada gue."
Bryan terpaku, ia juga bingung kenapa ia kasih tahu hal ini pada Atika.

KAMU SEDANG MEMBACA
Atika (Selesai)
AcakRevisi Semuanya baik-baik saja menurut Atika saat ia belum masuk dalam anggota Osis. Entah mengapa hal itu merenggut masa-masa santainya. Apa lagi ia harus bertemu dengan Bryan, si ketua Osis, cowok super jutek, yang kalau bicara buat emosi. Sement...