Atika didalam kamarnya mondar-mandir memikirkan apa yang harus dilakukan. Bryan telah menolongnya dan dia bingung harus bagaimana cara meminta maaf. Lewat SMS itu sedikit keterlaluan, dan apa mungkin dia datang kerumah lelaki itu dengan membawa makanan.
"Aduhhh...gimana caranya sih!" Ia mengacak rambutnya prustasi.
Ting..nong
Ting..nong
"Siapa ya?" Gumamnya. Ia merapikan rambutnya lalu keluar dari jamar menuju pintu utama.
"Sia----pa?" Atika melongo melihat siapa yang berdiri didepannya. Matanya mendadak memanas, "Ma-Mama!" Akhirnya kata itu lolos dari bibirnya. Selang beberapa detik ia sudah berada dipelukan wanita, rasanya sangat hangat san nyaman. Kali ini ia mendapat pelukan, kali ini ibunya yang memeluknya dan menciumnya. Atika tak dapat mengutarakan perasaanya saat ini, ia bingung cara menggambarkannya.
"Mama kangen Atika, Mama minta maaf selama ini ngak pernah ada buat Atika, Mam salah karena ninggalin kamu." Ucapnya sambil menciumi puncak kepalanya. "Kamu sehatkan?" Atika menganguk meski kenyataannya tidak.
"Syukurlah." Wanita itu mendesah lega. Wanita melepaskan pelukannnya lalu menatap wajah putrinya lekat-lekat. Selama bertahun-tahun ia mengabaikan rasa rindunya dan membekukan hatinya. Ia pikir Atika sudah mendapatkan yang terbaik ternyata tidak.
Merasa aneh ditatap seintens itu Atika mengalihkan pandangannya pada lelaki dengan seorang anak perempuan berambut pirang digendongannya.
"Kamu ngak mau mengajak kami masuk sayang?"
Atika tersentak lalu mengerjabkan matanya.
"Masuk Ma." Ucapnya pelan membuka pintu lebar-lebar.
**************
"Mama dan Dady kenapa mendadak gitu datang?" Tanyanya menunduk. Lelaki bule yang sudah ayah tirinya itu tersenyum haru mendapat panggilan dari Atika dengan sebutan Dady. Mamanya hanya memandang suaminya sejenak lalu mengelus kepala Atika penuh kasih. Hati Atika menghangat, hanya sentuhan saja dari wanita utu sudah membuatnya merasa di zona aman yang dicarunya selama ini."Kami kangen sama kamu." Ujar wanita itu lembut.
"Bukan karena nenek." Wanita itu terkedu, "Tentu saja bukan." Jawabnya.
Hening beberapa saat.
"Oh iya, Mama dan Dady pasti lapar kan, Atika siapin makanan ya."
Ketika ie hendak beranjak wanita itu mencekal tangannya. Atika memandang Mamanya dengan wajah bertanya.
"Tidak usah, kita makan diluar." Ucap Mamanya tersenyum lembut. Atika duduk kembali pandangan lurus kedepan hingga matanya bersiborok dengan manik mata milik adiknya yang berwarna biru laut sama seperti Ayah tirinya. Anak itu menatapnya dengan eksperesi menggemaskan dan ia sudah tidak tahan lagi.
"Hai...what's your name?"
Kedua orang tua itu sempat terkejut namun beberapa detik kemudian mereka tersenyum senang. Anak kecil itu turun dari pangkuan Ayahnya kemudian menuju pangkuan Mamanya. Akhirnya Atika paham, Anak itu tahu kalau Atika benci padanya. Anak kecil aja peka, kenapa dia tidak mencoba mengerti.
"Nama saya laura kak." Jawab anak itu sambil mengulurkan tangannya. Atika melongo, sahutan dari anak itu diluar ekspetasinya.
"Dia bisa berbahasa indonesia, jadi kamu ngak usah khawatir untuk mengajaknya berbicara." Atika mengedipkan matanya lalu menyambut uluran tangan itu.
"Atika."
Atika mengalihkan wajahnya dari anak bule berwajah asia itu pada Mamanya.
"Kita mulai semuanya dari awal." Saat mendengar hal itu Atika tersenyum dan wanita itu sudah tahu jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atika (Selesai)
RandomRevisi Semuanya baik-baik saja menurut Atika saat ia belum masuk dalam anggota Osis. Entah mengapa hal itu merenggut masa-masa santainya. Apa lagi ia harus bertemu dengan Bryan, si ketua Osis, cowok super jutek, yang kalau bicara buat emosi. Sement...