Part 23

380 18 3
                                    

Selamat membaca


Atika menganga mendengar ucapan dari kepala sekolah, beliau mengatakan kalau ia dipilih menjadi murid yang akan mengikuti olimpiade matematika. Atika hanya terdiam dan bengong semua yang diucapkan kepala sekolah yang berada didepannya berlalu begitu saja.

"Baik, Atika! Hanya itu yang bapak sampaikan!" Ujar Kepala sekolah itu dengan senyum penuh harap. Atika mengerjabkan matanya lalu tersenyum kemudian ia beranjak keluar. Atika masih menganga sambil berjalan denagn wajah melongonya, ia masih tak percaya ia mengikuti olimpiade. Dan itu pelajaran matematika.

"Ahhhkkkkkkk.......kok gue sih yang dipilih! Masih banyak kan orang yang lebih unggul dari gue." Dumelnya dengan wajah prustasi, ia menghentak-hentakkan kakinya diubin. Mendengar kata olimpiade saja sudah membuat perutnya melilit dan mual saking gugupnya.

"Loe kenapa sih Tik?" Tegur Rizal. Gadis itu mengaduk-aduk baksonya tapi wajahnya malah bengong kayak orang yang kehilangan jiwanya sebagian. Atika tak menyahut masih dengan aksinya yang membuat Mely gemas.

"Woi!!" Mely sengaja menggebrak meja hingga membuat Atika tersentak.

"Gila! Hampir copot nih jantung!" Omelnya dengan wajah kesal.

"Gue kira loe udah ngak punya jantung! Habisnya muka loe kayak zombie aja, ngak bermaya sama sekali." Sahut Mely dengan nada mencibir.

"Loe ada masalah?" Tanya Rizal penuh perhatian.

"Lebih tepatnya bencana?"

"Hah?! Udah meninggal nenek loe yang bawel itu?!" Pekik Mely dengan wajah shock. Atika memukul kepala gadis itu dengan sendok saking gemasnya.

"Ngomong sembarangan aja." Kata Atika menahan senyumnya. Ternyata Mely tak bisa melupakan tentang kejadian setahun yang lalu, saat ia mendatangi rumah neneknay untuk mengajak Atika keluar, ia malah mendapat ceramah pencerahan dari neneknya.

"Oh jadi apa?" Kata Mely dengan wajah tampak kecewa.

Atika menghela nafasnya dalam.

"Gue dipilih olimpiade matematika tingkat provinsi!" Balasnya dengan wajah malas.

"Apa?!" Ujar kedua temannya dengan serempak.

"GUE KEPILIH OLIMPIADE MATEMATIKA!" ucapnya dengan suara keras.

Kirk....kirk....kirk....., mendadak kantin sepi ucapannya yang lumayan keras membuat penghuni kantin menatap padanya, sedangkan kedua temannya melongo didepan bangkunya. Kedua temannya aja shock apalagi dirinya.

"Gue heran deh, kenapa loe bisa dipilih olimpiade mtk!" Kata Mely sambil mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuk. Rizal juga tampak berpikir keras.

"Gue juga." Timpal Rizal, "Tapi gue yakin loe dipilih, karena mereka yakin loe bisa memenangkan olimpiade itu." Lanjutnya, tangannya menepuk kepala Atika dengan senyum nenenangkan.

Hati Atika sedikit lega mendengar penuturan itu.

"Loe yakin Atika menang?" Tanya Melly mendengus.

"Wah, loe meragukan sahabat kita ini." Kata Rizal merangkul leher Atika dengan santai. Atika tersenyum kecut, lalu melepas tangan Rizal yang merangkulnya dengan erat.

"Bau loe!"

"Ahh...masa!"

Tentu saja Atika bohong tetapi Rizal sepertinya terusik dengan itu, ia mencium bau badannya membuat Atika tertawa renyah.

"Ahhh bohong loe!" Kata Rizal kesal lalu mencubit Atika.

"Auww sakit..lepas!" Ujar Atika menepis tangan Rizal yang mencubit pipinya.

Atika (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang