Part 9

456 25 0
                                    

Atika dan Melly kini duduk berdua di gazebo belakang sekolah. Atika sesekali menyeruput pop ice rasa cokelatnya dengan santai. Ia menoleh ketika mendengar derap langkah mendekat pada mereka.

"Gimana?" tanya Melly dengan tak sabar, padahal tadi anak itu memainkn ponselnya dan lihatlah begitu pekanya sahabatnya itu menyadari kehadiran Rizal.

"Gimana apanya," sahutnya dengan muka masam. Atika langsung mengeplak kepala Rizal gemas.

"Ish, kok dipukul sih!" sungutnya kesal lalu merebut pop ice gadis itu. Atika ingin protes tapi Rizal sudah langsung menyeruput minuman itu dengan wajah tak berdosanya.

"Pop ice gue," ucapnya, dengan wajah cemberut. Padahal masih sedikit ia minum.

"Ya elah pelit amat sih loe," kata Rizal, lalu menyeruput kembali pop ice itu hingga tandas. Atika hanya menatap pop icenya itu yang kini sudah tinggal tempatnya saja.

"Oke, gimana masalah kalian yang waktu itu."

Melly tampaknya masih kesal, gara-gara tim sekolah mereka dieliminasi.

"Ngak gimana-gimana, cuma kena omel aja, tapi Bryan, masih di ruang kepsek tuh! Gue yakin tuh ketos ada dendam pribadi sama orang yang gue tonjok itu," katanya dengan santai seraya mengangkat kakinya sebelah ke bangku. Melly langsung memukul paha lelaki itu dengan kesal.

"Shhhh ... lo mah suka banget, mukul gue," ujarnya cemberut. "Afika, Melly jahat banget sama gue." Adunya dengan wajah dramatis.

"Rasain! Dari tadi lo bercanda terus, ngeselin banget deh," sahut Atika ketus membuat Rizal langsung bungkam.

Gini amat punya teman cewek.

"Emang mau nanya apalagi sih! Kan gue, udah bilang, gue sama yang lain cuma kena omel dan resikonya cuma ngak ikut tanding aja," katanya sebal. Ngak tahu apa? Rizal lagi kesal karena ngak jadi tanding, tapi kedua cewek ini selalu mengungkit maslaah pertandingan itu.

"Jadi, kak Bryan ngapain menghadap kepsek?" tanya Mely penasaran. Gadis itu sedikit prihatin dengan kakak kelasnya yang ganteng itu.

"Mana gue tahu! Tanya aja sendiri," jawab Rizal menggedikkan bahunya acuh.

"Ye, lu mah kalau ditanya ngeselin mulu, serius gue," ujar Mely mengepalkan tangannya, pada Rizal. Saat ini Melly ingin sekali mencakar wajah tengil lelaki itu saking jengkelnya.

"Ahhh ... lo itu bego, atau ngak ngerti bahasa, udah gue bilang ngak tahu," jawab Rizal masam.

"Yuk Fik, gue traktir pop ice, Melly ngak usah diajak, diakan kawannya si Bryan-Bryan itu."

Rizal langsung menarik tangan Atika hingga membuat gadis itu terpaksa beranjak.

"Nama gue Atika," ujar Atika kesal melayangkan pukulannya dilengan cowok itu dengan pelan.

"Ya ampun, kenapa nasib gue apes gini, berteman dengan dua cewek ganas." Gumamnya dengan wajah sok prustasi. Atika hanya mendelik sinis. Rizal benar-benar cocok jadi aktor.

"WOI, RIZAL BEGO! MULAI SAAT INI GUE NGAK MAU TEMANAN SAMA LO!!" Teriak Melly di koridor kelas dengan suara keras hingga membuat beberapa mata orang mengarah pada mereka. Beberapa orang terlihat terganggu dengan suara cempreng itu, namun takut untuk protes. Melly benar-benar terlihat menyeramkan saat ini. Apa lagi gadis ini terkenal galak dan cerewet, membuat mereka malas untuk berurusan dengannya.

"Gue ngak kenal sama dia," ujar Rizal lalu kembali menarik tangan Atika, supaya mempercepat langkah mereka, sedangkan Atika hanya terkikik geli melihat gelagat kedua sahabatnya itu.

"Sorry Mel, gue tinggalin lo, gue pengen minum pop ice." Batinnya tersenyum geli.

*******
Sebulan berlalu demikian juga masalah pertandingan itu. Disebuah ruangan tampak ricuh dengah suara pekikan dan juga lonjakan. Bagaimana tidak, mereka ulangan kimia minggu lalu dan sekarang hasilnya sudah dibagi.

Atika (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang