Kasih bintangnya dong sebelum baca 😃
Biar authornya semangat lanjutin ceritanya. Emang sih ceritanya masih gaje gitu, tapi author harus lanjutin ceritanya.Ayo, siapa yang kangen sama Atika siceria dan siganteng Bryan ☝☝
Happy reading!!!
"Aduuhhhh...kemarin udah kayak janda yang ditinggal suami dan sekarang malah kayak orang yang kehilangan otaknya setengah!" Sindir Dimas pada Bryan yang tengah senyum-senyum sendiri dikelas dengan tatapan menerawang.
Lelaki itu mendelik sebal, "Apaan sih lo, ganggu saja!" Sahutnya ketus. Dimas mencibir lalu menyenggol lengan Bryan yang tampak hendak melamun lagi.
"Apaan sih Dimas?" Tanyanya jengah. Kalau Bryan tidak lagi senang ia sudah menendang bokong lelaki itu.
"Pasti gara-gara Atika ya?" Katanya sambil memainkan alisnya dengan senyuman tengilnya. Bryan memutar bolanya malas seraya menjauhkan wajah Dimas yang sangat dekat dengannya. Dimas mengerucutkan bibirnya.
"Tentu saja gara-gara gadis itu, emang siapa lagi yang bisa membuat lo kayak gini." Ujar Dimas dengan nada jengkel, "Emang Atika itu seperti apa sih buat lo?" Tanya Dimas menyandarkan punggungnya. Ia penasaran apa jawaban dari lelaki berwajah dingin ini.
Bryan memejamkan matanya, senyuman ceria gadis itu langsung melintas dibenaknya. Ia membuka matanya lalu melirik sekilas pada Dimas yang ternyata masih setia menanti jawaban darinya.
"Dia seperti warna bagiku, kehadirannya selalu membuatku bahagia dengan segala tingkah ajaibnya." Jawabnya mantap.
Dimas menaikkan alisnya sebelah, "Hanya itu saja?" Dimas tidak puas dengan jawaban dari Bryan.
"Ck, seharusnya lo senang gue udah mau jawab pertanyaan memalukan itu!" Kata Bryan sebal.
"Memalukan dari mana sih, itu bagus! Harusnya lo sekali-kali harus bersikap romantis pada Atika biar gadis itu cinta mati sama lo!" Kata Dimas.
Bryan terhenyak, apa ia harus melakukan hal romantis. Memberi bunga setiap pagi, mungkin?
Dimas mengulum senyumnya, sepertinya Bryan sedang memikirkan ide yang diucapkannya.
"Afika!"
Nico cekikian melihat wajah Atika yang tampak masam. Pak Milan masih saja salah menyebut nama gadis itu.
"Atika pak!" Protes Tika.
Pak Milan berdehem seraya membetulkan kaca matanya, "Kamu ini ngak pernah lelah memprotes ya!" Atika hanya memanyunkan bibirnya, "Tolong kamu antarkan buku latihan kalian ke meja bapak ya!" Perintahnya dengan nada tegas.
Atika menghela nafasnya, "Baik pak!"
Setelah Atika menjawab, Pak Milan langsung keluar dari kelas. Sudah menjadi kebiasaan Pak Milan menyuruhnya, kalau kata teman sekelasnya dia slaah murid kesayangan beliau. Anak IPA juga banyak mengatakan hal itu, katanya dia selalu dijadikan contoh yang baik pada murid-murid yang nakal.
"Atika walau nakal dan suka buat kericuhan tapi pandai. Bapak tidak akan memarahi kalian bolos, terlambat asal kalian bisa pintar seperti Atika."
Begitulah kata-kata yang pernah diberitahu oleh Melly saat teman sekelas sahabatnya itu diceramahi didalam kelasnya karena terlambat masuk kedalam kelas.
"Gue bantuin!" Ujar Nico menyambar susunan buku itu cepat. Tangan Atika berhenti diudara, ia kalah cepat dari Nico.
"Itu namanya bukan membantu Nico!" Ujar Atika, "Sini, biar gue bawa sebagian!" Timpalnya. Gadis itu berusaha mengambil beberapa buku yang bawa Nico.

KAMU SEDANG MEMBACA
Atika (Selesai)
RandomRevisi Semuanya baik-baik saja menurut Atika saat ia belum masuk dalam anggota Osis. Entah mengapa hal itu merenggut masa-masa santainya. Apa lagi ia harus bertemu dengan Bryan, si ketua Osis, cowok super jutek, yang kalau bicara buat emosi. Sement...