part 36

339 18 1
                                    

                          Karenamu aku tahu apa arti cinta yang sesungguhnya

Terimakasih sudah mampir kecerita ini

Happy reading



Sejak kepergian Nila yang tiba-tiba dengan kue ulangtahun serta surat itu membuat Adit berubah drastis. Aura es lelaki itu berkali-kali meningkat meski udara siang ini sangat panas namun suasananya tampak membeku dengan sikap Adit yang dingin dak tak tersentuh.

"Ngak usah loe ngejar-ngejar gue lagi, loe kan tahu gue itu ngak percaya cinta!" Ujar Adit dengan senyuman miring. "Untuk apa cinta, kalo akhirnya berpisah juga!!" Timpalnya dengan wajah dingin.

"Gue ngak bakalan ninggalin loe Dit, pecaya deh! Tapi kalo loe mau jadi pacar gue!!" Ucapnya tersenyum pede. Adit menampilkan senyuman mengejeknya pada Gadis yang sangat mengaagung-agungkan cinta itu.

"Bulshit!!!" Ujar Adit seraya melemparkan kerikil kepermukaan danau dengan wajah datarnya. Emosi dan rasa sedihnya bercampur jadi satu. Ia marah karena kehilangan gadis itu namun ia juga marah pada dirinya yang sudah menyia-nyiakan gadis itu selama ini. Adit sudah banyak menorehkan luka dihati gadis itu dengan kata-kata dan perlakuannya yang mungkin membuat Nila muak dan menyerah dengan cara pergi jauh dari sisinya.

Sementara disisi lain suasana tampak ramai diistirahat pertama. Antrian yang panjang seakan-akan pembelinya tak pernah habisnya. Beberapa ekspresi dari murid yang mengantri menampakkan wajah kesal dan sesekali terdengar gerutuan.

"Aduh, ampun deh! Para cewek itu habis nyikutin gue." Keluh Rizal saat ia tiba dimeja yang sering mereka tempati yaitu paling pojok dekat pohon mangga.

Atika tersenyum tipis ada rasa canggung dihatinya bila berhadapan dengan Rizal. Walau Rizal bersikap biasa saja namun ia tahu Rizal tidak baik-baik saja. Sejak saat itu Atika tidak bisa melihat wajah Rizal dalam durasi yang lama. Setiap ia melihat mata itu hatinya selalu merasa bersalah, tidak ada lagi rasa nyaman dulu ia rasakan.

Sudah dua hari sejak hari ulang tahunnya namun ia belum bisa bertemu dengan Adit. Rasa gelisah dan cemas menggeluti hatinya, apa lagi Adit tidak pernah mengangkat teleponnya atau membalas pesannya. Tak jarang juga nomor Adit tidak aktif.

Atika berdiri di taman sendirian disalah satu bangku panjang. Hari ini ia tak bisa menikmati waktu istirahat bersama dengan kedua temannya itu karena tugas. Beberapa adik kelas yang kebetulan lewat menyapanya hanya dibalas dengan senyum tipis. Sejak ia diumumkan menang olimpiade banyak murid yang mengenalnya dan menyapanya bila bertemu.

Tiba-tiba kedua mata Atika menggelap karena ulah tangan seseorang yang menutup kedua matanya. Tanpa susah payah menebak Atika tahu betul siapa pemilik aroma musk ini.

"Kak Bryan!" Ucapnya dengan nada sebal. Pemuda itu membulatkan matanya tak percaya kemudian melepaskannya. Atika menoleh sekilas kemudian menyeringai saat tebakannya ternyata benar.

"Kok tahu sih!" Kata Bryan menggaruk tengkuknya. Niat untuk membuat Atika penasaran pupus sudah. Padahal ia ingin sekali menjahili gadis yang tengah melamun panjang ini.

"Tahulah!" Sahutnya dengan nada meremehkan. Bryan mengulum senyumnya, "ooo..aku tahu, kamu pasti asal tebak tadikan?" Ujarnya dengan nada menggoda membuat kedua alis gadis itu menukik, "Karena kamu lagi mikirin aku, makanya kamu spontan bilang nama aku." Ucapnya dengan nada yang terlihat sangat pecara diri.

"Pede banget sih kak!" Ujar Atika mendorong wajah Bryan gemas dengan telapak tangan yang terbuka hingga membuat Bryan sedikit goyah.

"Jujur aja napa sih!" Ujarnya lagi dengan senyum jenakanya sambil menaik-turunkan alisnya membuat Atika berdecak kesal bercampur malu. Wajah gadis itu memanas membuat kedua pipinya merona.

Atika (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang