Atika memejamkan matanya sejenak untuk menenangkan emosi. Andai tadi yang memakinya orang lain ia pasti langsung menampar atau masuk rumah sakit. Tapi ini Acha, ia tak ingin membuat keluarganya geger karena ia menganiaya sepupunya sendiri. Apalagi Acha adalah cucu kesayangan neneknya."Lo kok diam aja sih!" Kata Melly dengan wajah kesal. Atika terdiam lalu menarik nafasnya dalam. "Dan apa benar apa yang dikatakan nenek sihir kalo kalian itu sepupuan?"
Atika merasakan lidahnya kelu, "itu.." Melly tampak menunggu jawaban itu dengan tatapan intens. "Benar, kami sepupu."
Melly menganga lebar. Ia masih tak percaya kalau kedua gadis itu sepupuan karena selama ini Atika tak pernah menceritakannya. Dan saat ini Melly sadar kalau Atika terlalu tertutup padanya sebagai sahabat.
"Kok lo ngak pernah cerita." Kata Melly dengan nada tak terima.
"Untuk apa?" Atika menoleh padanya dengan wajah sendu, "Seperti yang lo lihat, dia itu benci sama gue, jadi ngak ada gunanya gue cerita." Timpalnya tersenyum tipis. Kali ini Melly dapat melihat mimik wajah yang selalu disembunyikan dengan keceriaan yang selalu diperankan gadis itu. Dan lagi ia semakin merasa tak berguna sebagai sahabat Atika. Ia tak pernah tahu isi hati gadis bertopeng ini.
"Maaf." Atika tersenyum tipis. Mereka masih saling berpandangan, mata Melly tampak menyelami mata yang penuh kepahitan itu.
"Maaf untuk apa sih Mel." Ucapnya tertawa hambar. Atika berusaha mencoba ceria namun tak berhasil.
"Maaf karena gue sempat marah sama loe."
"Ngak apa-apa, gue ngerti kok." Ucapnya menarik kedua tangan Melly lalu mengengamnya erat. "Terimakasih Mel, udah mau jadi sahabat gue."
Melly memberenggut tak suka, "gue yang terimakasih Tik, lo itu orang yang baik dan gue beruntung sahabatan sama loe." Balasnya dengan mata berkaca-kaca begitu juga dengan Atika.
"Bestfriend forever." Ujar Atika menunjukkan jari kelingking. Melly tersenyum lebar seraya mengusap sudut matanya yang terasa berair, "Bestfriend forever." Ucapnya lalu mengaitkan jari kelingkingnya dengan milik Atika. Lalu mereka berdua tertawa senang sembari menikmati angin sepoi-sepoi ditaman itu.
*************************
Atika melangkah ringan menyusuri koridor kelas. Ia berencana mengembalikan buku yang dipinjamnya minggu yang lalu dari perpustakaan. Tak sengaja ia melihat gelagat Bryan dikejauhan."Ck, kenapa juga ketemu sama dia." Keluhnya. Dengan langkah cepat ia membalikkan badannya untuk menghindar dari Bryan kemudian melangkah terburu-buru. Namun ternyata Bryan memergokinya. Lelaki menatap punggung gadis itu dengan hati hampa.
Bryan kehabisan cara untuk bisa berbicara dengan Atika. Hatinya terasa kosong beberapa hari ini tanpa kehadiran Atika.
"Lagi mikiran apa sih Bryan? Serius amat." Celetuk Dimas yang entah sejak kapan datang. Bryan menoleh dengan wajah malas sekilas kemudian mengalihkan matanya kebawah. Matanya menyapu kesegala arah untuk mencari keberadaan gadis itu. Namun nihil Atika tak ada, padahal biasanya Atika dan Melly tak pernah absen merecoki Rizal.
"Atau loe mikirin Angel lagi, lo tenang aja. Gue yakin dia pasti dirumahnya." Timpalnya dengan senyuman miring. Jujur Dimas sedikit kesal dengan Bryan yang kelihatan plin-plan dengan plihan hatinya.
Bryan menoleh dengan cepat, "Bawel amat sih lo!" Ucapnya ketus lalu melenggos.
"Gue bawel juga karena lo!" Ucapnya yang sukses menghentikan langkah Bryan, "Kalo lo emang masih suka sama Angel, lo ngak usah deh dekatin Atika lagi." Bryan mengepalkan tangan mendengar kalimat itu, "Lo sadar ngak kenapa Atika menghindar dari lo!" Sentaknya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atika (Selesai)
RandomRevisi Semuanya baik-baik saja menurut Atika saat ia belum masuk dalam anggota Osis. Entah mengapa hal itu merenggut masa-masa santainya. Apa lagi ia harus bertemu dengan Bryan, si ketua Osis, cowok super jutek, yang kalau bicara buat emosi. Sement...