part 19

348 19 1
                                    

Banyak typo bertebaran...

Selamat membaca

"Makasih kak!" Kata Atika tersenyum tulus lalu membuka seat beltnya. Ketika Atika hendak membuka pintu Bryan mencegahnya.

"Kenapa kak?"

"Gue ada sesuatu sama loe." Ucapnya tersenyum penuh arti

Atika mengerutkan keningnya melihat Bryan keluar, iapun juga membuka pintu. Gadis itu sempat bingung dengan sesuatu yang dikatakan Bryan. Sesuatu apa yang diletakkan dibagasi.

Mata gadis itu berbinar saat melihat Bryan membawa bunga anggrek warna putih yang berada dipot. Sedetik kemudian ia mendatarkan wajahnya.

"Nih buat loe, entah kenapa saat gue melihat bunga ini, gue teringat sama loe." Ucapnya sukses membuat Atika tersipu. Bryan mengombal? Tentu saja itu hal yang langka.

"Wah, gue tersanjung." Katanya sambil menerima pot itu, "makasih ya! Kakak kok tahu gue suk bunga." Ucapnya mencium kelopak bunga yang tampak segar itu.

"Mudah saja." Jawabnya tersenyum misterius, dari kejadian waktu kemping, lanjutnya dalam hati.

Bryan memang aneh, biasanya lelaki akan memberi buket bunga, tapi lelaki itu malah memberikan bunga sekalian dengan potnya. Benar-benar unik.

Atika memperhatikan mobil Bryan meninggalkan pekarangan rumah itu dengan senyum senang. Ia tak menyangka mendapat bunga hari ini, ia memasuki pintu pagar lalu menuju taman bunganya yang ditumbuhi bunga matahari yang masih kuncup.

"Sepertinya ini diletakkan diteras saja." Ia menuju beranda rumahnya disana terletak sebuah meja kecil, ia meletakkannya disana sambil mengulas senyum puasnya.

"Sempurna!" Ucapnya.

"Momy!"

Samar-samar ia mendengarkan panggilan itu, ia masuk kedalam pintu rumah yang trrbuka lebar. Tenggorokan tercekat melihat apa didepan matanya, mamanya pulang ia mengulang kata itu didalam hatinya berupang kali. Lalu matanya beralih pada anak berusia sekitar 4 tahun dipangkuan ibunya dan seoarang lelaki berambut pirang.

"Siapa dia?" Bisiknya dalam hati.

"Atika!" Ucap Ibunya lalu menggendong anak itu lalu beranjak menuju padanya yang membeku. Nafasnya memburu jelas saja ia tahu anak itu anak siapa, wajah anak itu sangat mirip dengan Mamanya.

"Mamanya punya anak? Kapan? Kenapa ngak ada yang memberi tahunya." Batinnya dadanya terasa sesak, ia memandang Mamanya dengan pandangan nanar. Sedangkan Neneknya hanya mendengus, sementara tantenya hanya menghela nafasnya.

"Kamu ngak kangen sama Mama?"

Cih kangen?

Semua sama saja, kedua orangtuanya sama saja.

Mamanya ternyata sudah menikah.

Jadi Mamanya pulang hanya menunjukkan bahwa ia sudah bahagia.

Pandangan Atika tertuju pada anak berambut pirang namun berawajah asia itu. Ingin rasanya ia menarik anak itu dari pelukan Mamanya,

"Apa kabar Ma?"

Hanya itu yang keluar dari mulutnya, tak ada pelukan hangat dan ciuman sayang. Ia masih membatu ditempatnya, kali ini biarlah ia egois selama ini ia yabg terus berlari, mencari kasih sayang dari kedua orangtuanya namun Atika sudah muak melakukannya.

"Mama baik." Alih-alih memeluk Mamanya menjawab dengan senyum tenangnya. Atika kini mengerti ia tak ada artinya dihadapan Mamanya, ia tersenyum getir.

Atika (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang