part 25

363 20 1
                                    

Selamat membaca








"Makanya kalo jalan itu hati-hati." Dumel Bryan. Pemuda itu dari tadi mengomel terus membuat rasa sakit Atika berganti sebal, sampai kupingnya memanas. Atika tak menyangka Bryan membawanya kerumah lelaki itu. Rumah yang bagus tapi sepi, Atika penasaran kemanakah kedua orang tua Bryan.

"Nih den, p3k nya!" Ujar pembantu rumah itu dengan sopan. Bryan menerimanya sambil tersenyum tipis. Pembantu rumah itu tampak penasaran dengan gadis yang sedang diobati oleh majikannya.

"Bi, tolong buatkan teh sama camilan saya mau belajar dengan dia."

"Baik den." Ucapnya sopan.

"Lain kali hati-hati." Pesannya kali ini dengan suara melembut. Atika hanya terdiam sesekali ia meringgis menahan perih saat Bryan membersihkan lukanya dengan alkohol.

"Sakit ya?" Tanya Bryan melembutkan olesannya pada luka itu.

"Sedikit."

**********************

Atika memasuki pekarangan rumah neneknya dengan lesu, otaknya udah cape banget setelah hampir 3 jam melihat deretan angka. Bryan tak tanggung-tanggung mengajarinya, sekali menerangkan 5 pertanyaan yang harus dikerjakan, sekali salah, satu sentilan. Kening gadis itu tampak memerah karena sentipan lelaki itu.

Rumah itu tampak sepi. Atika langsung ngacir kedalam kamarnya kemudian menjatuhkan tubuhnya keranjangnya.

"Hhhhh..capek banget." Katanya sambil merentang tangannya, kemudian ia merasakan sesuatu ditanggan, ia mengambil ternyata sebuah surat. Ia membuka surat itu dengan hati penasaran.

"Dari Mama?"

Atika sayang, Mama pamit Nak. Mama tahu kamu marah, Mama minta Maaf sama kamu. Buat kesalahan Mama yeng menjerumuskan kamu kelembah penderitaan. Ya, Mama sudah tahu semua tentang kelakuan Nenek sama kamu. Maka dari itu Mama akan memberikan kebebasan padamu, kamu lebih baik cari tempat tinggal yang lain ya, nanti Tante sarah yang menemani. Mama pengen banget nyariin tempat tinggal bareng kamu, tapi waktu Mama ngak cukup. Baik-baik disini ya Nak, Mama sayang Atika.

Mama

Atika tersenyum membacanya, tiba-tiba ia kangen padahal saat Mamanya ada tapi ia benci. Apakah ini namanya Rindu tapi Benci, setidaknya Mama peka atas perasaanya. Seandainya neneknya orang yang baik, ia dengan senang hati tinggal disini, tapi sekarang ia sudah tak tahan lagi. Ia bukanlah orang yang tak tahu terimakasih meski ia diperlakukan tidak baik tapi neneknya sudah berbaik hati membiarkan ia tinggal dirumah ini dengan makan gratis.

**********************
"Jadi sekarang loe udah tinggal ditempat kostan ya?" Ujar Mely. Kedua cewe itu tengah menonton Rizal yang tengah latihan. Bryan, Frans dan Nico juga ada ditempat itu.

"Bukan kostan, tapi apertemen, Ayah tiri gue yang beliin." Kata Atika tersenyum kecut.

"Baik juga Ayah tiri loe!"

Lagi-lagi ia tersenyum kecut, "awalnya gue nolak sih! Guekan ngak enak, tapi saat mendengar bujukan tante gue, ya terpaksa deh." Ucapnya.

"Iya, lebih baik gitu dari pada loe tersiksa batin dirumah nenek loe." Kata Mely matanya fokus kelapangan basket.

"Iya sih!"

Hening.

Kedua cewe itu tampak fokus melihat para pemuda yang sedang latihan itu. Saat Frans berhasil memasukkan bola Atika melonjak kesenangan membuat Mely mengernyitkan dahinya. Rizal yang berhasil memasukkan bola Atika tidak seheboh itu.

Atika (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang