Setelah libur panjang penaikan kelas, kini Atika kembali menjalankan rutinitasnya sebagai pelajar. Tidak ada yang berubah dalam hidupnya masih seperti kemarin dengan luka yang sama yang tak sengaja ditorehkan kedua orang tuanya. Tak ada yang peduli padanya bahkan orang yang serumah dengannya. Sudah hampir 3 bulan Mama atau Papanya tidak meneleponnya, sekedar untuk menanyakan kabar.
Biasanya kalau suasana libur orang yang merantau, akan pulang ke kampung halamannya namun harapannya sia-sia. Dengan bodohnya dia menunggu Mamanya didepan pintu berharap orang yang ditunggu akan datang.
"Sepertinya mereka lupa kalau punya anak." Pikirnya menatap kelayar ponselnya yang memang menanti pesan atau panggilan kedua orang tuanya.
Atika terkejut saat Mely tiba-tiba merangkulnya dari belakang dengan wajah sumringah.
"Pagi syantik!!" Ucapnya ceria memiting leher gadis itu. Atika meronta dengan hati kesal, setelah liburan beberapa minggu temannya itu jadi ganas.
"Loe mau bunuh gue ya!" Kata kesal saat ia berhasil melepaskan pitingan itu. Mely menyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Mading yuk!" Ajak Mely mengandeng lengan gadis itu.
"Yuk!"
Mely menggeram kesal saat ia melihat nama Atika tidak ada sebarisan dengan namanya. Atika hanya mencari namanya dengan wajah malas. Ia tak masalah mau dikelas mana asal jangan ada Andien.
"Yes! Gue ngak sekelas sama kompor sumbu 25!" Katanya tersenyum lebar, beda dengan Mely yang memasang wajah bete.
"Udah dong, kita hanya beda kelas bukan beda sekolah." Ucap Atika menenangkan Mely sambil mengusap rambut pirang gadis itu yang kini sudah sebahu. Atika membulatkan matanya.
"Loe potong rambut?!" Ucapnya histeris bercampur kesal.
"Iya." Jawabnya santai, "mau buang sial gue." Lanjutnya lagi sambil menyengir.
Atika sebal, rambut gadis itu yang sebatas pinggang kini sudah tak ada padahal rambut gadis itu cantik, apalagi warnanya yang berwarna pirang persis seperti rambut boneka berbie.
"Sayang banget." Ucapnya dengan wajah tak rela.
"Ya ellah rambut bisa dipanjangin lagi," tukasnya. Mely kembali mengarahkan matanya kemading, ia menjulurkan tangannya.
"Ehhh mau ngapain." Atika menarik kembali tangan gadis itu. Mely cemberut, mata bulatnya memandang sebal pada sebuah nama yang tertera dikolom itu.
"Siapa sih yang buat gue sekelas sama di Andien?!" Ucapnya prustasi. Atika mengulum senyumnya lalu merangkul gadis itu.
"Takdir Mely!"
Gadis itu melayangkan tatapan tajam padanya. Atika meringgis ternyata Mely tak suak dengan jawabanya.
"Setidaknya loe masih sekelas sama Rizal." Ucapnya tersenyum menenagkan, "Ngak kayak gue." Kini giliran Atika yang galau.
"Lagian siapa suruh loe ambil jurusan IPS?!" Bentak Mely kesal.
"He..he...he."
**********************
Kelas 11 IPS 1
Atika enggan mengatakan kalau teman sekelasnya sisa-sisa dari orang jenius atau kata kasarnya buangan. Atika menghela nafasnya melihat teman barunya itu tanpa gairah. Tak ada yang ia kenal, ia kembali mengedarkan pandangannya mencari teman yang layak sebangkunya.
Atika meringgis saat melihat seorang lelaki berbadan besar sedang menatapnya. Ia tersenyum tipis pada lelaki itu dan langsung dicueki.
"Nico! Loe masuk IPS juga!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Atika (Selesai)
RandomRevisi Semuanya baik-baik saja menurut Atika saat ia belum masuk dalam anggota Osis. Entah mengapa hal itu merenggut masa-masa santainya. Apa lagi ia harus bertemu dengan Bryan, si ketua Osis, cowok super jutek, yang kalau bicara buat emosi. Sement...