part 55

196 28 4
                                    


TEKAN BINTANG POJOK KIRI SEBELUM BACA

HAI SIAPA YANG RINDU ATIKA&BRYAN?

PERTAMA-TAMA IEN UCAPKAN TERIMAKASIH PADA PEMBACA YANG SETIA PADA CERITA ECEK-ECEK INI. IEN TAHU MASIH BANYAK PENULIS YANG LAIN YANG LEBIH HEBAT. NAMUH IEN SENANTIASA BERHARAP CERITA INI BISA MELEKAT DIHATI PARA READERS.

HAPPY READING!!!

Atika sebenarnya tidak mau bersikap seperti anak durhaka namun dia juga manusia biasa yang bisa kecewa. Ia juga butuh menenangkan diri untuk dapat berpikir jernih.

Saat mendengar perutnya berbunyi gadis itu beranjak dari ranjang mungilnya menuju dapur apertementnya. Dibuka kulkas yang menjadi tempat ia menyimpan bahan makanan namun kosong melompong. Ternyata ia belum belanja mingguan. Kok bisa lupa sih! Ini pasti karena kejadian kemarin mana ada lagi kepikiran untuk belanja.

Mengingat itu membuat hatinya berdenyut nyeri. Sudah tiga hari berlalu namun sepertinya Ibunya tidak mencarinya atau mungkin sudah pulang kenegeri suaminya. Padahal Atika tidak tahu kalau Ibunya hanya memberi waktu berkat saran dari Melly.

"Sepertinya gue harus keminimarket nih." Gumamnya seraya berusaha mengenyahkan masalah yang tengah ia hadapi. Padahal masalah harus dihadapi agar tuntas.

"Akhirnya gue bisa ketemu sama lo."

Atika merasakan jantungnya mencelos saat mendengar suara yang begitu dikenal ketika ia membuka pintu. Tangannya langsung spontan menutup pintu dari dalam namun segera ditahan orang itu.

"Lepasin tangan lo." Ucapnya kesal sambil menahan air mata. Sungguh, ia tidak ingin berjumpa dengan orang ini untuk saat ini.

"Tidak kita harus bicara!" Dengan sekali dorongan yang kuat, orang itu berhasil hingga pintu itu terbuka lebar hingga nyaris Atika terjatuh saking kuatnya dorongan itu. Atika menatap orang itu nanar.

"Kenapa lo pergi." Ujarnya melangkah mendekati Atika yang berdiri dengan wajah datar. Wajahnya pucat serta tatapan sayu dan kosong. Adit benci ketika hatinya membisikkan rasa kasihan dan iba. Namun ia mengenyahkan itu ketika mengingat Atika tertawa bersama Ibunya saat direstoran waktu itu.

"Kenapa? Bukankan lo ingin gue pergi. Dan saat gue pergi kenapa lo nyari gue!" Ujar  Atika dingin. Sebenarnya ia ingin berlari memeluk kembarannya ini namun ia harus bersikap seperti ini. Dengan menjauh dari Adit jadi penyakitnya tidak diketahui. Ia tidak tahu bahwasanya Adit sudah tahu.

Adit terdiam setelah mendengar perkataan Atika yang menohok ulu hatinya. Ia mengepalkan tangannya erat-erat melihat nada sombong dari saudari kembarnya.

"Seharusnya lo pamit sama gue."

Atika mengerjabkan matanya.

"Untuk apa?" Ucapnya parau.

Adit menelan salivanya. Haruskah ia mengatakan kalau ia khawatir pada kondisi saudarinya itu.

"Harusnya lo bilang makasih dulu sama gue." Atika terkedu, sambil menatap Adit dengan mata berkaca-kaca, "gue ngak tahu apa yang diajarin nyokap, sampai nilai etika lo nol." Ujar Adit tersenyum mengejek. Atika memundurka langkahnya. Ia terkejut dengan apa yang dikatakan Adit yang membuat hatinya berdenyut nyeri.

"G-gue...." Atika tak sanggup untuk melanjutkan kata-katanya.

"Ayah nyariin lo!" Sontak Atika mengangkat wajahnya. Jantungnya berdebar, sudah lama ia mendengar kata Ayah membuat perasaannya campur aduk. Antara kecewa, marah, dan benci. Kecewa karena kehadirannya adalah kesalahan. Benci karena ditinggalkan. Marah karena tidak dipedulikan.

Atika (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang