Selamat membacaMely dengan khusyuk memakan mie instan yang dimasak oleh timnya Frans.
"Wah mie instan seraya makan spaghieti kalo dimakan bersama." Celetuknya dengan semangat yang disambut dengan kekehan teman yang lain.
"Itu karena kau rakus." Sahut Nico yang tiba-tiba menimbrungi kedua cewe itu dengan semangkuk mie instan.
"Enak aja." Katanya kesal dengan wajah memerah karena dikatain rakus.
Hari menjelang malam semua orang berkumpul ditengah tempat tenda mereka dirikan. Api unggun yang dinayalakan menghantarkan kehangatan pada tubuh mereka. Malam ini hari terakhir mereka berkemah, Bryan kini berada didalm tendanya saat melihat SMS dari seseorang, yaitu orang yang selam ini membuat hatinya serasa diaduk-aduk selama ini.
Selamat tinggal
Hanya itu isi dari pesan itu tapi sukses membuat dadanya terasa sesak, ia menggemgam ponselnya dengan erat mencoba mengendalikan emosi yang kini melanda dirinya.
"Frans mau teh ngak?" Ujar Atika menawarkan dengan nampan yang berada ditangannya.
"Maksih ya mbak." Ucapnya seraya mengambil segelas teh, Atika yang mendengarnya hanya tersenyum mendengar gurauan sang pujaan hatinya itu.
"Sama-sama Mas!" Balasnya memamerkan deretan gigi putihnya.
"Tik, gue mau dong!!" Teriak Nico diseberang mereka.
"Oke." Ucapnya tanpa mengeluarkan suara.
Namun saat ia menuju ketempat itu seseorang menyenggolnya hingga nampan itu terjatuh begitu saja. Ia menganga sambil melihat teh itu semua sudah tumpah.
"Duh kalo jalan hati-hati dong!" Ucapnya tanpa dosa lalu melenggos begitu saja meninggalkan Atika yang masih tak percaya kalo teh itu sudah tumpah tanpa sisa.
"Loe kali yang ngak pake mata." Gumamnya seraya memungut cangkir yang terbuat dari kertas itu dengan wajah kesal.
"Loe ngak apa-apa." Ia menghentikan kegiatannya mendengar suara itu, ia mengangkat wajahnya melihat Rizal yang kini berposisi yang sama dengannya.
"Ngak apa-apa." Ucapnya tersenyum tipis, "ulah Andien lagi kan?" Atika hanya tersenyum, setidaknya Rizal mau berbicara padanya.
"Ayuk, gue tolongin lagi buat teh."
Dada Atika menghangat melihat sikap peduli Rizal padanya, lelaki itu memang selalu ada padanya. Mereka menoleh sekilas pada Mely yang kini tengah bernyanyi sambil memainkan gitar dengan Nico. Mereka terlihat serasi sekali menyanyikan sebuah lagu yang tidak Atika ketahui judulnya.
Atika tersenyum melihatnya dan tanpa ia ketahui Rizal sedang memperhatikan wajahnya dari sisi samping.
"Gue sadar, apa yang bikin gue makin suka sama dia. Selain baik, Atika punya senyum yanh manis dan memikat." Batinnya.
"Ehh..Zal, yuk!" Ujar Atika menyadarkan Rizal dari keterpanaannya menikmati wajah cantik Atika.
"Yuk!" Ucapnya tersenyum simpul.
"Bryan mana ya?" Pikirnya sambil mengedarkan pandangannya namun ia tak menemukan sosok itu. Lalu matanya menangkap sosok salah satu anggota osis tak jauh darinya.
"Kak, lihat kak Bryan ngak?" Tanyanya dengan senyum sopan.
"Oh, dia ditenda mungkin."
"Tenda mana."
"Tenda didepan kita, nomor dua dari sebelah kiri."
Mata Atika fokus menatap tangan kakak kelasnya itu yang sedang memberi petunjuk. Setelah mengucapkan terimakasih pada kakak kelas itu ia menuju tenda itu dengan segelas teh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atika (Selesai)
AcakRevisi Semuanya baik-baik saja menurut Atika saat ia belum masuk dalam anggota Osis. Entah mengapa hal itu merenggut masa-masa santainya. Apa lagi ia harus bertemu dengan Bryan, si ketua Osis, cowok super jutek, yang kalau bicara buat emosi. Sement...