part 42

293 15 3
                                    

Atika terbaring lemas di ranjangnya. Setelah pulang sekolah gadis itu belum mengisi perutnya. Rasa lelah menderanya, ia tidak tahu mengapa tubuhnya akhir-akhir ini cepat lelah dan selera makannya berkurang. Ia juga sering mimisan dengan kepala yang terasa pusing yang luar biasa.

Drrttttt...... Atika beranjak dari ranjangnya lalu mengambil hpny dari atas nakas. Senyumnya terulas tatkala melihat ponsel itu. Ponsel pemberian Bryan yang dikasih padanya secara sukarela. Ha...hhhh...dia jadi rindu pada Bryan.

Frans
Knpa lo bilang, klo lo suka sma gue

Atika membuang nafasnya kasar pikirannya berkecamuk saat ini. Rasa perih dipipinya kini terasa kembali. Yuni ternyata mengadu pada Frans tentang perasaanya dan besok bagaimana dia untuk menghadapi ini semua. Ia meletakkan ponselnya lalu beranjak untuk membersihkan dirinya.

Setelah mandi dan memakai baju ia mendengar suara bel apertemennya. Ia mengernyit heran siapa kira-kira tamu yang datang. Tak banyak orang yang tahu alamat apertemennya dan kalau Melly atau Rizal yang datang mereka pasti mengirim pesan. Dengan langkah malas ia membuka apertemen itu dan betapa terkejutnya dia saat melihat siapa yang datang.

"Kak Bryan!" Ucapnya terperangah. "Kok tahu nomor apertemenku?!"

****************
Disebuah cafe dua orang anak remaja duduk saling berhadapan dengan mulut yang terkatup rapat. Lagu perfect mengalun lembut diruangan yang lumayan sepi itu, setiap mendengar lagu ini Bryan akan teringat pada saat Atika menyanyi di perkemahan beberapa bulan yang lalu. Dimana saat pertama kali dia menyadari perasaannya pada Atika.

"Aku.."

"Aku.."

Kedua orang itu tersenyum kikuk saat berbicara secara bersamaan.

"Baiklah silahkan kak Bryan yang ngomong."

"Tidak, kamu duluan!" Selanya cepat. Atika menghela nafasnya panjang, "Seharusnya kakak yang bicara duluan, kan kakak yang ngajak Atika keluar." Ucapnya tak mau kalah.

Bryan tersenyum simpul, ia menarik nafas dalam tiba-tiba ia merasa gugup.

"A-aku hanya mau minta maaf." Atika mengerjabkan matanya, "Aku tahu kamu waktu dicafe mendengarnya, tapi itu tidak seperti yang kamu pikirkan."

"Emang kakak tahu apa yang Atika pikirkan?" Ucapnya menyela.

Bryan terdiam.

"Ya, awalnya Atika marah sih! Aku berpikir kalau kakak itu mempermainkan perasaanku. Tapi awal-awal ini aku sadar kalau aku ini bukan siapa-siapa kakak, aku tahu cinta pertama sulit dilupakan." Kata Atika dengan nada tenang tanpa emosi. Bryan yang mendengarnya tampak memberenggut tak suka.

"Itu aku minta maaf, hanya..."

"Mungkin aku yang salah mengartikan semua ini, bagaimana kakak bersikap manis padaku. Jujur itu sedikit membuatku sedikit...kakak tahulah...."

"Atika.."

"Aku belum siap berbicara!" Selanya cepat membuat Bryan berjengit kaget.

"Atika juga minta maaf karena bersikap kekanakan dengan cara menghindari kakak. Tidak seharusnya aku bersikap seperti kekasih yang marah pada pasangannya." Lalu Atika tersenyum getir, "Maaf kalau....kalau aku punya rasa pada kakak." Katanya membuat Bryan membeku ditempatnya. Eksperesi itu membuat jantung Atika serasa mencelos.

"Ha....ha...ha...ha...." tawa nyaring Atika yang mendominasi ruangan itu membuat Bryan mengerjabkan matanya. Dadanya bergejolak riang saat mendnegar pengakuan itu, "santai aja kak, Atika hanya bergurau aja kok!" Ujarnya yang seketika membuat Bryan terasa dihantam puluhan ton batu diatas kepalanya.

Atika (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang