Andien kena poin, begitulah yang didengar orang, entah siapa yang mengadukan kejadian kemarin pada guru Bk dan wali kelas mereka.
Atika turun dari angkot dengan wajah lesu. Dengan wajah menunduk ia berjalan menyusuri koridor kelas, namun langkahnya terhenti saat melihat ujung sepatu seseorang yang kini tengah berdiri didepannya.
"Buat lo!" Bryan menyodorkan paper bag berukuran kecil padanya. Atika mengernyitkan dahinya dengan wajah bingung.
"Lama!" ucapnya menarik tangan Atika lalu menyerahkan paper bag itu. Gadis itu terkejut saat lelaki itu bertindak seperti itu dengan tiba-tiba.
"I ... ini apa kak?" tanyanya terbata. Bryan hanya tersenyum tipis padanya, membuat gadis itu semakin kesal saja. Ditanya malah senyum, Aika menghela nafasnya lalu memeriksa isinya.
Kotak? Isinya apa ya?
"Kak ini ..." ucapannya terhenti saat ia mendonggakkan kepalanya ia tidak lagi melihat cowok itu di depannya.
Udah kayak hantu aja tiba-tiba menghilang.
Atika berjalan melanjutkan langkahnya. Setelah sampai di kelas ia meletakkan paper bag itu, lalu mengeluarkan isinya yaitu sebuah kotak berukuran kecil. Ternyata isinya hp, ia menggengam hp itu dengan hati sedih, bukan ini yang dia mau. Ia masih mampu kalau hanya untuk membeli hp, namun untuk saat ini ia masih kurang yakin untuk mengganti posisi hp itu. Itu salah satu kenang-kenangan dari Ayahnya sewaktu ia dapat juara waktu SMP.
Ia memasukkan hp itu kembali kedalam kotak. Ia akan mengembalikan hp itu. Setelah memasukkan tasnya ke dalam laci ia bergegas menuju kelas Bryan yang terletak dilantai dua. Sebelum masuk, ia menghela nafasnya terlebih dahulu, ia melangkah dengan pelan pada kelas bernuansa putih itu. Dinding kelas itu penuh dengan hiasan dan kata-kata Motivasi. Setelah puas memperhatikan kelas itu matanya tertuju pada satu titik. Cowok itu tampak membaca sebuah buku dengan wajah serius.
"Selain tampan dia ternyata rajin." Pikirnya. "Duh, mikir apa sih gue." Gerutunya dalam hati sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kak!" Ia memanggil lelaki itu setelah jarak mereka dekat, lelaki itu mengangkat wajahnya. Ia tampak terkejut lalu meletakkan bukunya ke atas meja.
"Gue ngak bisa nerima ini."
Atika menyerahkan paper bag itu keatas meja. Bryan menghela nafasnya ia tak menyangka memberi sesuatu pada Atika harus berdebat dulu.
"Buat lo, dan gue ngak butuh penolakan dari loe," ujar Bryan dengan nada tegas sambil bersidekap seketika nyalinya menciut.
"Tapi gue, masih bisa beli hp baru," Cicitnya pelan.
"Sok kaya loe." Ketus Bryan beranjak berdiri lalu mengambil paper bagi itu. Ia berdiri didepan cewek itu yang memasang wajah sebal, akibat perkataannya, padahal ia pun berlagak sok kaya karena memberikannya hp secara cuma-cuma.
"Gue tahu, hp manapun ngak akan bisa menggantikan hp kemarin," ujarnya membuat hati Atika tersentuh karena masih ada yang peduli padanya. "Gue harap lo terima, ini hp bekas memang tapi masih bagus kok. Anggap aja lo minjam," ucapnya dengan tatapan teduhnya. Atika merinding melihat sikap Bryan yang berbanding terbalik dari biasanya. Bryan jadi kelihatan lebih hangat dan lembut.
"Nih, ambil Kalau lo, nolak gue marah nih!" Ucapnya dengan nada menagncam. Atika memanyunkan bibirnya lalu menerimanya dengan lirikan kesal. Padahal ia baru saja memuji di dalam hati. Ingat ya. Dalam hati, dan sekarang Atika ingin menarik pujian itu kembali.
"Mak ...."
"Iya sama-sama, balik sana, gue sibuk belajar nanti ada ulangan," Potongnya sambil mendorong bahu gadis itu pelan. Atika hanya mendengus lalu menghentakkan kakinya ke ubin. Bryan sengaja langsung menyuruh Atika pergi karena tak ingin gadis itu tiba-tiba berubah pikiran. Ia sudah malas untuk merayu pada gadis itu, tadi saja ia ingin membenamkan kepalanya ke kolam sekolah merutuki perkataannya yang kelewat lembut. Itu bukan dia banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atika (Selesai)
RandomRevisi Semuanya baik-baik saja menurut Atika saat ia belum masuk dalam anggota Osis. Entah mengapa hal itu merenggut masa-masa santainya. Apa lagi ia harus bertemu dengan Bryan, si ketua Osis, cowok super jutek, yang kalau bicara buat emosi. Sement...