part 35

367 19 0
                                    

                                          Biarlah rasa ini kupendam sendiri

Terimakasih untuk vote dan share cerita ini

Happy reading


Atika turun dari angkot dengan wajah lesu setelah membayar ongkosnya ia melangkah menuju gerbang sekolahnya yang masih terbuka lebar didepannya.

Saat ia melewati parkir tak sengaja Bryan melihat Atika. Senyum pemuda itu mengembang dengan langkah lebar ia menyusul gadis itu. Setelah cukup dekat Bryan mencekal tangan gadis itu membuat pemilik tangan itu membalikkan badannya dengan hati kesal karena ia sedikit kaget denga ulah orang itu.

"Apa..." Ucapan gadis itu terhenti saat melihat siapa yang mencegatnya. Otaknya terasa membeku dan jantungnya berdegup kencang. Bryan memamerkan senyum manisnya pada gadis itu tapi sedetik kemudian senyum itu memudar ketika melihat raut wajah gadis itu yang tampak pucat.

Ia melepaskan cekalannya lalu tangannya mengelus pipi gadis itu yang terasa dingin. Mata Atika membulat saat jemari Bryan menyentuh pipinya.

"Loe sakit ya?" Tanya Bryan sambil menempelkan punggung tangannya pada dahi gadis itu. Atika mengerjabkan matanya kemudian tersenyum kikuk. Ia menggerutu dalam hati kenapa ia menjadi seperti orang bodoh dihadapan lelaki itu.

"N-ngak kak." Jawabnya dengan nada gugup. Bryan mengulum senyumnya pemuda itu tahu kalau Atika sedang gugup karena tingkahnya. Kalau gadis itu gugup berarti.......

Bukan saatnya memikirkan hal itu, sekarang yang lebih penting kenapa wajah Atika tampak pucat dan lesu.

"Kamu pasti belum sarapan kan? Ayo kita sarapan bareng!" Tanpa menanti jawaban dari Atika pemuda itu langsung menarik tangannya dengan lembut. Kulit Atika seperti terkena aliran listrik saat mereka bersentuhan tapi tak urung jua ia menyukai perasaan itu.

Sebenarnya ada apa dengannya? Kenapa ia jadi merasa nyaman saat berada didekat Bryan. Jantungnya juga berdebar, ini seperti perasaannya pada Frans dulu. Tunggu...ini lebih dari apa yang ia rasakan pada Frans. Apa mungkin hatinya berpindah pada Bryan, hanya waktu yang tahu. Atika belum berani menyimpulkan perasaannya saat ini.

"Kamu mau makan apa?" Tanya Bryan sembari menarik sebuah kursi untuk Atika. Dan lagi hati Atika tersentuh dengan tingkah manis Bryan padanya. Atika tersenyum   sambil mengumamkan kata terimakasih. Dan yang semakin membuat Atika semakin tersipu yaitu pengunaan kata loe menjadi kamu.

"Sebenarnya Atika udah sarapan."

Bryan menatapnya dengan tatapan yang dulit dimengerti tak lama kemudian ia tersenyum simpul.

"Makan lagi ngak bakalan buat gendut loh." Atika mendesah, apa Bryan berpikir ia sedang diet padahal ia jujur mengatakan kalau Atika udah sarapan di apertemannya.

***************

Saat Atika baru masuk kedalam toilet seseorang langsung menarik tangannya kemudian mendorongnya ketembok. Atika menatap orang itu dengan wajah bingung. Ia tak pernah mencari masalah dengan orang lain lalu kenapa mata orang itu menatapnya dengan sorotan tajam dan penuh emosi.

"Jauhin kak Bryan." Desisnya dengan tangan yang masih berada dilehernya seolah-olah ia akan mendapat cekikan bila ia melontarkan ucapan yang salah.

"Maksud kamu apa sih! Loe pacarnya ya?" Tanya Atika dengan wajah menantang. Ia tidak takut dengan tangan yang mulai mencengkeram lehernya.

"Saat ini memang bukan, tapi nanti!" Ucapnya dengan wajah pongahnya. Atika tersenyum mengejek, "Oh gitu, kirain pacarnya." Ucapnya dengan santai lalu dengan sekali sentakan ia melepaskan cengkeraman itu membuat lawannya itu terkesiap namun ia dengan segera menormalkan mimik wajahnya.

Atika (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang