part 44

374 15 1
                                    

Happy reading



Apertemen gadis itu terlihat mungil dan sederhana, Bryan dapat menyimpulkan bahwa gadis itu orangnya rapi. Terlihat dari cara penyusunan perabot dan tatanan buku-buku yang tersimpan dalam rak kecil. Saat Atika sedang mengganti pakaian dikamar ia beralih pada balkon yang terhubung dengan ruang tamu. Kedua sudut bibirnya terangkat saat melihat anggrek pemberiannya tumbuh subur disudut balkon itu. Melihat hal itu membuat hatinya menghangat mengetahui Atika mengharagai pemberiannya.

"Jadi ada apa nih kak, nyamperin Atika sampai kesini! Jangan bilang kalo kakak kangen." Godanya dengan alis dinaik-turunkan. Bryan memutar bola matanya lalu mengambil slaah satu buku diatas meja kecil yang berada ditengah sofa berwarna abu-abu itu. Kini mereka duduk saling berhadap-hadapan.

"Aku hanya mau meluruskan sesuatu." Jawabnya tanpa berani memandang pada Atika. Jantung gadi itu berdegup kencang dengan lontaran kalimat itu. Dalam diam dia menelusuri lekuk wajah Bryan yang terasa sempurna bagi matanya. Rahang kokoh itu yang selalu menampilkan wajah angkuhnya saat baru-baru mereka berkenalan dulu. Ia bahkan tak percaya kalau dia bisa jatuh cinta pada cowo angkuh itu.

"Emang apa yang bengkok sampai harus diluruskan." Bryan menggeram kesal saat Atika malah bercanda padahal hatinya sudah berdegup kencang saat ini.

"Ya udah Atika diam."

Bryan menarik nafasnya panjang lalu memajamkan matanya sejenak. Tanpa ia sadari kalau Atika tadi tersenyum sekilas melihat wajah tampannya itu.

"A-aku..cinta sama lo!" Ucapnya dengan wajah gugup.

Gezz. Padahal dulu dengan mudahnya ia bisa mengatakan hal itu berulang kali pada Angel namun tidak pada Atika. Gadis itu tampak melongo tanpa berkedip padanya lalu tak berapa lama tawa Atika meledak.

"Segitu putus asanya kakak sampai ngawur gitu!" Ucapnya. Namun dia tak tahu Bryan mulai mempelajari gerak-gerik dan mimik wajahnya karena perkataan Dimas tadi siang.

"Aku ngak ngawur Atika!" Jawabnya memberenggut. Seharusnya Bryan memberi kejutan pada Atika saat ingin mengucapkan perkataannya biar Atika tahu dia serius. Dan ia cukup tahu diri karena pernyataan cintanya sangat mendadak dan tak keren.

"Ja-jadi.."

"Gue cinta sama kamu Atika." Gadis itu tampak terkejut namun dengan cepat ia menormalkan mimik wajahnya.

"Kak, jangan bercanda deh!"

Bryan meletakkan buku itu dengan kasar lalu beranjak berdiri kemudian mendekati Atika kemudian duduk disamping gadis itu. Atika tampak gelagapan dengan posisi mereka yang cukup dekat. Bryan meraih tangan kanan gadis itu lalu mengengamnya lembut.

"Aku serius Atika aku cinta sama kamu. Jadi please be mine."

Atika terpaku ditempatnya menatap mata kopi itu yang seakan menjebaknya dalam samudera cinta. Atika tahu kalau saat ini Bryan serius dan itu membuat hatinya makin dilanda kebingunga. Seandainya dari dulu Bryan mengatakannya sebelum ia tahu kalau hidupnya hanya bergantung pada obat-obatan. Tapi ia juga tak bisa memungkuri kalau mereka mempunyai perasaan yang sama.

"Atika please be mine." Ujar Bryan menatapnya memohon.

"A-aku..." Atika menarik perlahan tanganya dari genggaman Bryan membuat jantungnya terasa mencelos seketika.

"A-aku ngak bisa." Hatinya berdenyut saat melihat tatapan Bryan yang terluka. Pemuda itu tersenyum miris lalu beranjak berdiri dengan bahu merosot.

Setelah membuka pintu untuk Bryan pulang dari tempat itu. Tubuh Atika meluruh kelantau, air mata yang sedari tadi ditahannya akhirnya merembes keluar juga. Atika meratapi kesunyiannya diapertemen itu ditemani isak tangisnya yang terdengar memilukan.

Atika (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang