Terlihat sebuah asap mengepul keluar dari mulut dan hidung lelaki tersebut. Lelaki yang tengah berdiri dengan tangan kirinya yang dimasukan kedalam saku celananya, sedangkan kaki kanannya, dia tekuk dan menyentuh dinding yang ada di belakangnya.
Di tempat ini, lelaki itu sering kali menghabiskan waktu untuk merokok bersama dengan dua sahabatnya. Menghisap dan menikmati rokok sambil merasakan kesejukan tempat ini yang di tumbuhi oleh pohon-pohon yang membuat angin alam begitu terasa dengan udara yang termasuk segar juga. Itu semua yang menjadi alasan kenapa lelaki itu suka berada disini.
Belakang sekolah, ini tempatnya. Dimana di tempat ini tidak akan ada siswa siswi yang berani menghabiskan waktu di luar jam pelajaran disini. Jangankan menghabiskan waktu, sekedar kesini pun mereka tidak ada yang berani, karena mereka semua sudah tahu jika tempat ini telah menjadi kepemilikan siswa bernama Noven semenjak lelaki itu berada di kelas sepuluh.
Kali ini Noven hanya sendiri disini, dengan benda itu yang masih dia apit diantara jari telunjuk dan jari tengan tangan kanannya. Setelah beberapa saat menikmati hisapan demi hisapan pada rokok yang ada di tangannya, matanya mulai ikut terpejam menikmati udara segar yang bercampur dengan asap rokoknya kali ini.
"Ini, nih, yang kita cari dari tadi. Dia malah asik-asikan disini."
Noven merasa terganggu dengan suara tadi. Oleh karena itu, Noven berdecak keras sambil mengumpat di dalam hatinya. Dan akhirnya lelaki itu membuka kedua kelopak matanya dengan terpaksa. Dia juga menurunkan rokok yang baru saja akan dia hisap, sebelum akhirnya suara itu mengganggunya.
Tanpa mengalihkan tatapannya ke ada sumber suara tadi, Noven sudah begitu yakin jika tadi adalah suara Azril, sahabatnya.
Dan benar saja, disaat Noven menatap kearah pembatas koridor sana, Noven melihat Azril yang sedang berjalan lebar dan akhirnya semakin dekat kearah Noven. Sedangkan Kelvin, lelaki itu membuntuti Azril dengan wajah yang mulai terlihat kesal melihat Azril yang berjalan begitu cepat.
"Ngapain?" Tanya Noven setelah kedua sahabatnya itu sudah berdiri tepat didepannya.
"Apanya yang ngapain?" Bukannya menjawab, Azril justru bertanya balik.
Noven berdecak kesal sambil menatap ogah-ogahan kearah Azril. "Lo berdua nyari gue?"
Azril menganggukan kepalanya beberapa kali sambil bergumam tidak jelas karena dia baru paham dengan pertanyaan awal Noven tadi. "Makannya, ngomong jangan setengah-setengah, dong!"
Pletak
Azril menyentuh bagian belakang kepalanya "Aduh. Kelvin, lo kenapa sih?" Protes Azril karena Kelvin yang tiba-tiba menjitak kepalanya dari arah belakang.
"Biar otak lo bisa mikir dikit." Sahut Kelvin.
Kelvin notabene sudah hapal semua sifat Noven. Kelvin tahu Noven orang yang seperti apa karena mereka memang sudah bersahabat sejak lama. Namun ada yanh tidak Kelvin mengerti Kelvin bingung dengan Azril yang sebenarnya juga sudah tahu sifat Noven, tapi lelaki itu masih saja menanyakan 'kenapa' kepada Noven disetiap ada kesempatan.
Azril yang mendengar perkataan Kelvin, hanya berdecak kesal. Dan akhirnya dia memilih menghampiri Noven daripada harus berdebat lebih lanjut dengan Kelvin.
"Bagi rokok, dong, Nov!" Pintanya kepada Noven dengan mengarahkan tangan kanannya kearah Noven.
Noven tak menjawab, namun dia merogoh saku celananya dan mengambil sebungkus rokok miliknya. Tanpa pikir panjang, dia melemparnya kearah Azril.
"Thaks, bro." Azril tersenyum lebar menerima rokok tersebut. "Lo gak mau Vin?" Lanjutnya kepada Kelvin yang hanya diam memperhatikan kedua sahabatnya yang merokok bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]
Teen FictionRank #1 in bestfriend (13/03/2019) Rank # 1 in girlfriend (21/02/2019) Rank #1 ini wattpad2018 (30/11/2018) Rank #1 in persahabatan (18/01/2019) Rank #1 in backstreet (30/11/2018) Rank #1 in mine (30/11/2018) Rank #1 in your (30/11/2018) Rank #1 in...