Deru suara mobil kini telah lenyap beriringan dengan Noven dan Maureen yang sudah turun dari mobil Noven. Mereka berdua melangkah meninggalkan mobil Noven yang terparkir dihalaman mansion Acksel dengan sebuah payung yang dipegang oleh Noven karena rintik hujan masih saja berjatuhan.
Ceklek
Pintu tinggi dan lebar itu dibuka secara perlahan oleh Noven. Noven dan Maureen sempat terkejut karena mereka, yaitu Erlandra, Nindy, Farhan, dan Alesha sudah berdiri didekat pintu utama. Sepertinya mereka mendengar suara mobil Noven sehingga mereka langsung bergegas menuju pintu.
Noven dan Maureen terdiam dengan pikirannya masing-masing, karena melihat raut wajah orang tua mereka yang seperti tidak bersahabat. Apalagi tidak ada sapaan dan juga tatapan lembut, yang ada hanya tatapan tajam dari mereka.
"Ayah, sebenanya a_"
"SIALAN!"
Bughhh
"KAK GIO!" Maureen berseru keras mendapati Gio yang tiba-tiba datang dan langsung menghentikan ucapan Noven dengan cara memberikan bogeman pada hidung Noven.
Maureen berjongkok kearah Noven yang kini terjatuh diatas lantai. Noven kini tengah mengusap hidungnya yang mulai mengeluarkan darah segar. "Kamu gak papa?" Maureen bertanya kepada Noven yang hanya memberikan anggukan kecil tanpa menggalihkan tatapannya dari Gio yang nampak kalut. Untung saja, Gio ditahan oleh Farhan, jika tidak mungkin lelaki itu sudah menghajar Noven kembali.
Maureen membantu Noven untuk berdiri. Kemudian gadis itu menatap orang tuangnya serta orang tua Noven yang nampak diam saja. Pandangan Maureen beralih kepada Gio yang masih berwajah merah dengan kepalan tangan yang menguat. "Kak Gio apa-apan sih?" Tanyanya dengan nada tidak percayanya.
"Reen!"
"Kak Gio kenapa mukul Noven?" Maureen kembali bertanya tanpa mau menatap Noven yang tadi memanggilnya.
"Dia pantes dapetin itu, dek. Dia pantes." Gio berucap dengan meninggikan suaranya.
Maureen menggelengkan kepalanya singkat. Dia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. "Kakak gak bisa langsung mukul gitu aja!"
"Gio, tenangkan diri kamu!" Farhan berucap dengan menahan tubuh Gio yang memberontak dalam cekalannya.
Nindy dan Alesha mengalihkan tatapannya. Mereka tidak bisa melihat adegan baku hantam diatara kedua keluarga tersebut. Sementara itu, Erlandra menghembuskan napasnya kasar. "Han, dia emang pantes dapetin itu." Tuturnya yang membuat Noven maupun Maureen semakin tidak mengerti.
Gio melepaskan cekalan tangan dari papahnya. Dirinya menunjuk Noven dengan kembali berucap. "Papah denger sendirikan, papahnya aja ngomong kaya gitu?"
Gio menatap Maureen yang masih berdiri disamping Noven. "Orang yang udah hianatin kamu emang pantes dapetin itu, Reen!"
"Kakak ngomong apa sebenarnya, sih?" Maureen terlihat frustasi. Untuk pertama kalinya dia berada diantara keluarganya sendiri yang terasa kaku dan dingin seperti ini.
Gio melangkah maju kearah Noven, dan lelaki itu menarik kearah baju Noven keatas. "Gak seharusnya lo lakuin itu, Noven!" Gio menggertak Noven sementara Noven hanya diam saja. Jika mau, dia bisa melawan dan membalas bogeman tadi, namun Noven lebih memilih untuk diam saja.
"Kak Gio, lepasin Noven!" Maureen berujar dengan menarik tubuh Gio agar menajuh, namun karena Gio lebih kuat jadi Maureen tidak bisa berbuat apa-apa.
Gio menatap tajam kearah Maureen membuat Maureen melepaskan cekalannya pada tangan Gio. "Kamu jangan belain dia, Reen!"
"Kenapa? Kenapa aku gak boleh belain Noven?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]
Teen FictionRank #1 in bestfriend (13/03/2019) Rank # 1 in girlfriend (21/02/2019) Rank #1 ini wattpad2018 (30/11/2018) Rank #1 in persahabatan (18/01/2019) Rank #1 in backstreet (30/11/2018) Rank #1 in mine (30/11/2018) Rank #1 in your (30/11/2018) Rank #1 in...