Suara rintik hujan masih terdengar jelas berjatuhan diatap yang kini sebagai tempat berlindung untuk Noven dan juga Maureen. Mereka kini duduk disebuah kursi yang ada disana dengan masing-masing tangan kanan mereka yang memegang satu jagung bakar.
Mengingat kejadian tadi sebenarnya membuat Maureen malu sendiri, karena entah kenapa Noven dan dirinya tidak menyadari jika mereka ternyata sudah berdiri didekat pedagang yang menjual jagung bakar.
Dan kini, mereka sama-sama tengah menikmati jagung bakar dengan suasana malam yang menemani mereka.
"Mau nambah lagi?"
Maureen menatap Noven sekilas, kemudian dilihatnya sebuah jagung bakar yang ada ditangannya ternyata sudah hampir habis. "Gak usah, satu udah buat kenyang." Jawabnya dengan memperlihatkan senyuman manisnya.
Maureen kembali menggigit jagung bakar ditangannya dengan mata yang kembali menatap kesekelilingnya yang ramai oleh pejalan kaki maupun kendaraan meskipun tadi baru saja hujan.
Noven menggigit jagung bakarnya, sampai tinggal menyisakan tulang dari jagung tersebut. "Setelah ini mau pulang?"
Maureen sempat membuang tusuk dari jagung yang dimakannya kesebuah tempat sampah yang ada disampingnya. "Boleh, lagian gerimisnya kayanya udah reda apalagi udah semakin larut." Jawabnya dengan menatap Noven.
"Aku telpon orang rumah dulu buat jemput kita." Noven merogoh saku celananya yang oleh Maureen segera dicegah.
"Jangan, Nov!"
"Kenapa?"
"Kita jalan aja kaya tadi. Jaraknya gak jauh juga kan?"
"Takutnya nanti hujan, Reen."
Maureen menghela napasnya pelan. Dirinya sebenarnya lebih suka jalan kaki dimana dia dapat merasakan angin malam kota metropolitan ini.
Maureen berdiri dari duduknya, ditariknya lengan Noven untuk ikut berdiri. "Lihat udah gak hujan kan, gerimis juga enggak kok." Ujarnya dengan menyodorkan telapak tangan Noven dibawah langit.
"Kalo tiba-tiba dijalan hujan?"
"Kita baru kabarin orang rumah buat jemput!" Kekeh Maureen dengan menatap penuh harapan kepada Noven.
Noven menghembuskan napasnya kasar, sepertinya mulai sekarang sangat susah untuk menolak permintaan gadis yang sudah sangat berarti didalam hidupnya ini.
וווו×
Maureen tersenyum puas karena keinginanya tidak ditolak oleh Noven, dan kini bereka benar-benar pulang ke mansion Ballar dengan jalan kaki seperti apa yang diinginkan oleh Maureen.
"Kamu bahagia?"
Maureen tidak melunturkan senyum terbaiknya tersebut, dia justru sengaja menunjuknya kepada Noven. "Sangat, sangat. Terima kasih."
Noven tersenyum melihat Maureen nampak bahagia, karena nyatanya baginya kebahagian Maureen adalah salah satu alasan yang membuatnya tersenyum, senyum yang bahkan sangat jarang dia tunjukan untuk orang lain.
Tangan kekar Noven terulur dan melingkar sempurna dikedua bahu Maureen, menariknya perlahan agar jaraknya dengan Maureen semakin menipis karena Noven tau jika Maureen kedinginan.
Mendapatkan perlakuan itu membuat Maureen tidak bisa jika tidak menatap Noven dengan menunjukan pipinya yang mulai memerah. Hal ini tentu tidak lepas dari pandangan Noven, membuat lelaki tampan tersebut mengusap rambut Maureen gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]
Teen FictionRank #1 in bestfriend (13/03/2019) Rank # 1 in girlfriend (21/02/2019) Rank #1 ini wattpad2018 (30/11/2018) Rank #1 in persahabatan (18/01/2019) Rank #1 in backstreet (30/11/2018) Rank #1 in mine (30/11/2018) Rank #1 in your (30/11/2018) Rank #1 in...