Tatapan Maureen terfokus pada benda putih bersih yang ada didepannya, yakni sebuah papan tulis. Sebenarnya dipapan tulis itu tidak ada tulisan apapun, namun tetap saja menjadi objek yang Maureen tatap sejak tadi.
Beberapa siswa maupun siswi juga berlalu lalang didepannya bahkan suara-suara bising mengisi kelasnya, tapi itu semua tidak membuat fokus Maureen teralihkan. Tangannya juga tidak tinggal diam, dia mencoret tidak jelas buku yang tadi terbuka didepannya.
Beberapa kali Maureen juga menghembuskan napasnya kasar saat dia lagi-lagi mengingat kemesraan Noven dan Laura yang dimana-mana menjadi topik pembicaraan para siswa lainnya.
"Mereka bener-bener romantis yah, sumpah ya ampun."
"Iya yah, Noven cakep dan Laura juga cantik banget. Mereka seperti couple goals banget."
"Gue masih gak nyangka loh Noven yang dikenal dengan cool man bisa seromantis ini sama pacarnya."
"Gue jadi pengin banget diposisi Laura, aaarrrggghhh."
Telinga Maureen terasa panas mendengar segerombol siswi yang berkumpul di samping bangkunya tengah menatap layar laptop yang sepertinya menampilkan foto sepasang kekasih yang sedang buming itu.
Rasanya Maureen ingin hilang saja dari sini setelah mendengar banyak pujian yang terarah untuk pasangan itu.
"Mereka belum tau yang sebenarnya." Ujar Maureen dalam hati dengan meraba dadanya.
Didadanya dia menemukan sebuah benda yang menggantung dilehernya, yah itu adalah cincin pertunangannya. Dia mengusap benda itu dengan terus melamun.
Dia tidak paham dengan Noven. Beberapa hari yang lalu Noven melakukan hal yang seolah ada sesuatu diantara mereka, sesuatu yang special diluar konteks tunangan kontrak itu. Diibaratkan sudah dilambungkan tinggi, tapi tiba-tiba dihempaskan dengan tidak berperikemanusiaan dengan cara mengumbar kemesraan dengan kekasih yang memang lelaki itu anggap bukan seperti Maureen yang sekedar menjadi tunangan abal-abalnya.
Tangan Maureen mengusap pipi sebelah kananya saat dirasa ada sesuatu yang berhembus disana dengan masih melamun.
Dia juga berusaha mengkibas-kibaskan entah apa itu agar menjauh dari wajahnya. Maureen tidak menengok sama sekali karena Maureen malas untuk melihat apa yang terjadi sebenarnya karena pikirannya masih berkelana entah kemana-mana.
Plakkk
"Ishhh." Ringisan itu terdengar disamping Maureen. Maureen juga segera menatap sebelahnya saat dia merasakan tangannya mendarat disebuah benda yang cukup keras.
Mata Maureen melotot seketika melihat sesuatu yang ada didepannya. "Ya ampun Mos, kamu gak papa?"
Maureen panik melihat Moscar yang terus menyentuh pipinya dengan meringis. Ini salahnya, untuk apa dia mengibaskan tangannya cukup kuat saat merasakan angin hangat diarea pipinya yang ternyata itu semua ulah Moscar yang sengaja meniup-niup pipi Maureen mungkin karena lelaki itu sadar jika Maureen tengah melamun.
Dengan refleks dia juga ikut menyentuh punggung tangan Moscar yang menangkup sebelah pipi lelaki itu. "Maaf Mos, aku gak tau. Sakit gak?"
"Gak papa Reen."
"Beneran nih? Soalnya aku mukulnya keras loh Mos , aku kira tadi hewan atau apa jadi aku pukul."
"Aku gak papa Reen, lagian kamu nglamun terus sih sampai gak tau kalo ada orang disamping kamu."
"Maaf." Ujar Maureen sekali lagi.
Dia melepaskan tangan Moscar yang masih menutupi pipi bagian kiri lelaki itu untuk sekedar mengecek jika apa yang dikatakan Moscar memang benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]
Teen FictionRank #1 in bestfriend (13/03/2019) Rank # 1 in girlfriend (21/02/2019) Rank #1 ini wattpad2018 (30/11/2018) Rank #1 in persahabatan (18/01/2019) Rank #1 in backstreet (30/11/2018) Rank #1 in mine (30/11/2018) Rank #1 in your (30/11/2018) Rank #1 in...