Part 31• Kebencian Laura

56.6K 2.5K 67
                                    

"Noven duduk!"

Langkah kaki Noven terhenti dilantai dua ketika akan menuju kamarnya. Dilihatnya sosok pria yang tengah duduk disalah satu sofa single di sana bersama seorang wanita dan seorang gadis yang duduk disofa lainnya.

Noven menghembuskan napasnya pelan, dan memilih untuk menghampiri Erlandra yang sudah memanggilnya tadi.

Tubuhnya dia dudukan disofa yang lainnya dengan tatapan yang menuju kearah ayahnya, Erlandra. "Ada apa yah?" Noven bertanya, meskipun dalam hatinya dia telah tau apa yang akan dibicarakan oleh ayahnya.

Erlandra menghela napasnya pelan mencoba mencegah amarahnya yang sudah ingin keluar saat ini. "Kenapa kamu berkelahi lagi?"

"Dia yang cari masalah."

"Iya, tapi apa Noven? Kamu bahkan mukul dia sampai masuk rumah sakit."

Noven menyunggingkan senyum miringnya mendengar kabar itu. Rasanya dia sangat senang jika lelaki yang dipukulnya itu sampai dirawat di rumah sakit, meskipun rasanya hal tersebut masih sangat tak imbang dengan apa yang lelaki itu katakan kepada Maureen.

Noven melirik kearah Nova yang hanya terdiam saja disamping Nindy, seolah bertanya apakah gadis itu belum menceritakan sesuatu kepada orang tuanya.

"Jangan tatap adik kamu kaya gitu, Noven. Sekarang katakan yang sebenarnya!" Nindy berucap dengan lembut setelah menyadari jika Noven terus menatap Nova.

"Dia udah mengusik sesuatu yang menjadi milik Noven bun." Noven berucap sangat jelas dan tenang, dan membuat kedua orang tuanya mengerutkan dahi karena tak mengerti sedangkan Nova sudah menatapnya dengan ekspresi terkejut.

"Jangan berbicara dengan teka-teki Noven!"

Noven bangkit dari duduknya, dan menatap tepat dimanik mata Erlandra. "Dia mengusik Maureen."

Tiga kata yang membuat ketiga orang yang menatpnya itu terpengarah, apalagi Nova yang sampai menatap Noven tanpa berkedip.

"Maksud kamu_."

"Noven lelah bun, Noven ke kamar dulu."

Noven tidak membiarkan bundanya menyelesaikan pertanyaannya karena lelaki itu segera melenggang pergi meninggalkan mereka yang masih terdiam dengan penuh tanda tanya dalam benak mereka masing-masing.

וווו×

Malam ini Maureen terduduk disebuah ayunan berbentuk kepompong berwarna putih yang berada dibalkon kamarnya ini dengan sebuah laptop yang ada dipangkuannya.

Punggung Maureen dia sandarkan disana dengan ayunan yang kini sedikit bergerak-gerak karena pergerakannya.

"Kak, aku kangen." Ujar Maureen lirih dengan menatap laptopnya.

Gio yang berada disebrang sana terkekeh kecil mendengar nada sedih Maureen titambah melihat raut wajah adiknya itu.

Saat ini mereka memang tengah melakukan video call untuk sekedar melepas rindu atau saling bertukar cerita.

"Baru aja ditinggal sebentar."

"Tapi kangen."

Maureen akui jika dirinya sangat merindukan kakaknya itu. Disaat dirinya tengah menghadapi masalah seperti ini, dia sangat membutuhkan Gio untuk disampingnya, memberi semangat, dan menasehatinya.

Tiba-tiba kejadian hari ini berputar-putar diotaknya membuat Maureen mengingat dengan jelas apa yang telah terjadi hari ini. Mengingat hal tersebut membuat mata Maureen memanas seketika bahkan dia sampai menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, berharap kakaknya tidak akan tau jika dirinya kini telah menangis.

DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang