Part 62• Akan Terus Berjuang

29.4K 1.5K 16
                                    

Tidak terhitung berapa kali Noven menarik napasnya dalam-dalam lalu mengeluarkannya secara perlahan. Rasanya, Noven seperti seorang lelaki yang datang untuk melamar kekasihnya yang sampai membuat dirinya merasakan debaran abnormal didadanya.

Noven bukannya takut jika harus mendapatkan bogeman lagi dari Gio karena sudah berani datang kesini, namun Noven hanya merasa cemas jika apa yang dilakukannya kali ini masih tidak bisa membuktikan semuanya kepada keluarga Maureen.

Berulang kali Noven selalu berpikir positif, namun berulang kali pikiran negatifnya juga menyusup kedalam pikirannya. Untuk kesekian kalinya, Noven menghela napasnya.

"Selamat malam, Noven."

Noven mendongakan kepalanya dan mendapati Farhan, Alesha, dan Gio sudah berdiri didepannya. Noven sempat tersenyum singkat untuk membalas sapaan Alesha, kemudian dia bergerak untuk mencium punggung tangan kedua orang tua Maureen.

"Lo mau ngapain lagi kesini?"

"Gio!" Alesha memukul pelan paha lelaki yang duduk disampingnya itu, sementara Gio yang mendapatkan peringatan dari Alesha hanya mendengus kesal.

Noven menghela napasnya, setidaknya dia bersyukur karena Farhan dan Alesha berada di rumah. Jika tidak, mungkin niat Noven kesini tidak akan berjalan dengan lancar.

Noven memberanikan diri menatap Farhan yang duduk di sofa single. Ternyata papah Maureen sama dengan Erlandra, sama-sama memberikan tatapan mengintimidasi kepadanya, tidak seperti dulu-dulu sebelum masalah ini datang. "Maaf om, aku datang kesini tanpa ngomong dulu." Ujarnya. "Aku cuma mau ngomongin hal penting sama om, tante, dan kak Gio." Lanjutnya dengan nada yakin.

"Apa yang ingin kamu bicarakan?" Tanya Farhan.

"Aku ngaku salah karena sudah merusak kepercayaan kalian dengan perjanjian bodoh yang dulu aku dan Maureen buat. Aku minta maaf karena masih menjalin hubungan dengan Laura disaat aku sudah punya tunangan." Katanya dengan menatap mata Farhan. Bukannya mau bertindak tidak sopan, Noven hanya ingin memperlihatkan keseriusannya lewat tatapan matanya.

Noven menghela napasnya. Dia harus bisa mengatakan semua yang memang harusnya dia katakan. "Aku dan Maureen tidak pernah tau kalau itu semua akan berakhir seperti ini." Katanya dengan menatap Farhan, Alesha, dan Gio secara bergantian. "Om, tante, kak Gio, aku kesini sebagai bukti kalau aku serius dengan Maureen. Aku akan mengatakan secara langsung kepada kalian kalau aku sangat mencintai Maureen."

Orang yang diajak bicara oleh Noven hanya saling tatap satu sama lain tanpa berucap satu patah katapun, dan hal itu membuat Noven kembali melanjutkan ucapannya. "Aku tidak tau bukti apa yang bisa membuat kalian percaya akan perasaan ini, tapi ini adalah kebenarannya." Katanya. "Aku dan Maureen sudah yakin dengan perasaan ini jauh sebelum masalah ini datang, jadi apa bisa om sama tante memberikan izin untuk aku berdekatan dengan Maureen kembali?"

וווו×

Maureen terus setia berdiri dilantai dua, tepatnya berdiri didekat tangga dengan kedua tangan meremas besi pembatas. Matanya terus menatap kearah ruang tamu dibawah sana, telinganya juga berusaha mendengarkan pembicaraan yang mereka lakukan.

Dari sini, Maureen menyemangati Noven, menyemangati atas keberanian Noven datang kesini untuk berbicara kepada kedua orang tuanya. Maureen merasakan rasa haru yang menerobos kedalam hatinya disaat melihat perjuangan Noven untuk hubungan mereka. Maureen tahu jika ayah dan kakaknya itu memiliki sifat yang sama, yakni tidak mudah goyah akan keputusan dan pemikiran mereka, sehingga mungkin saja mereka tidak akan percaya begitu saja dengan Noven.

Maureen tidak menyangka jika maksud dari Noven untuk tidak sembunyi-sembunyi akan hubungan mereka itu adalah dengan cara Noven yang menemui orang tuanya. Maureen merasa jika dia memang tengah diperjuangkan oleh orang yang juga dia juangkan.

DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang