Maureen terus merintih kesakitan ketika tangannya di cengkram kuat oleh tangan kekar milik seorang lelaki.
Mata gadis itu sudah memerah, menahan air mata yang sedari tadi menggenang di kelopak matanya yang indah.
Noven, lelaki itu menarik paksa tangan Maureen agar mengikuti setiap langkah lebarnya yang menuju kesalah satu ruangan yang ada di mansion ini.
"Lepasin, Nov!" Maureen berucap kepada Noven yang entah sudah untuk keberapa kalinya, namun tetap saja ucapan Maureen tidak mendapat respon apapun dari Noven.
Langkah Noven berhenti yang membuat Maureen juga menghentikan langkahnya setelah mereka berdua sudah berada didepan sebuah ruangan yang sangat di kenali oleh Maureen, yaitu kamar Noven, lelaki yang sekarang terlihat sangat menakutkan.
Noven membuka kenop pintu kamarnya dengan tergesa-gesa tanpa mau melepaskan tangan Maureen. Rahangnya masih terlihat mengeras, tatapannya juga sangat tajam. Menandakan jika Noven saat ini benar-benar marah.
Setelah mereka masuk, Noven segera membanting pintu dan menguncinya dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya terus mencengkram tangan Maureen.
Setelah dirasa pintu kamarnya terkunci dengan benar, Noven mendorong tubuh Maureen dengan gerakan cepat sampai punggung Maureen menghantam dinding. Dan berkat hantaman itulah, Maureen meringis pelan.
Maureen menatap mata tajam Noven dengan matanya yang berair. Kemudian, dia mulai menengok kanan kirinya yang ternyata sudah diapit oleh kedua lengan kokoh Noven yang melurus ke tembok. Maureen mulai merasa terjebak oleh lengan Noven yang tidak bisa membuatnya lolos begitu saja dari sini.
Rasa takut Maureen semakin terasa menyeruak didalam hatinya, setelah wajah Noven semakin mendekati wajahnya. Membuat Maureen berpikiran yang tidak-tidak. Maureen ingin berteriak saja, namun entah kenapa lidahnya terasa tidak kuat untuk berteriak.
"Ka-kamu mau ngapain?" Tanya Maureen pada akhirnya dengan nada penuh rasa takut.
Mata Maureen mulai terpejam rapat sambil menggigit bibir bagian bawahnya. Kedua tangannya juga mengepal kuat didepan dada bidang Noven. Sedetik setelah itu, bulu kuduk Maureen meremang seketika karena hembusan napas hangat Noven yang menerpa wajahnya.
"Kenapa kamu lakuin ini, Reen?" Maureen membuka matanya secara perlahan untuk menatap Noven yang berucap lirih bahkan sangat lirih, seolah disini dirinya sangat tersiksa.
"Apa yang kamu katakan, Nov?"
"KENAPA, KENAPA KAMU PELUKAN SAMA DIA DAN KENAPA KAMU BIARIN DIA NYIUM PIPI KAMU, HAH?"
Maureen terlonjak kaget mendengar suara Noven yang meninggi didepan wajahnya. Tiba-tiba bahunya merosok begitu saja saat rasa takut terus datang didalam dirinya, apalagi setelah Noven membentaknya seperti ini. Tidak ingin menatap Noven kembali, Maureen menundukan kepalanya.
"SUDAH BERAPA KALI AKU PERINGATIN KAMU UNTUK MENJAUHINYA?" Noven kembali berteriak, membuat tubuh Maureen bergetar.
"Kalian harus putus sekarang juga!" Lanjut Noven dengan nada yang melirih namun terdengar penuh perintah.
Mendengar hal itu, air mata Maureen tidak bisa dibendung lagi di kedua kelopak matanya. Akhirnya Maureen menagis juga, mengekpresikan apa yang dirasakan oleh hatinya. Gadis itu menangis sampai terisak sambil tetap dalam posisinya semula yaitu menunduk, enggan menatap Noven.
Noven yang menyadari jika Maureen menangis, segera mengangkat dagu Maureen agar saling tatap dengannya. Sejujurnya, Noven tidak bisa melihat Maureen menangis seperti ini, namun bagaimana lagi, sekarang amarahlah yang menguasai dirinya sampai Noven tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]
Teen FictionRank #1 in bestfriend (13/03/2019) Rank # 1 in girlfriend (21/02/2019) Rank #1 ini wattpad2018 (30/11/2018) Rank #1 in persahabatan (18/01/2019) Rank #1 in backstreet (30/11/2018) Rank #1 in mine (30/11/2018) Rank #1 in your (30/11/2018) Rank #1 in...