"Siapa yang mau menikah?"
Noven tidak segera menjawab, dia justru menarik pinggang Maureen untuk mendekat kearahnya dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya mengusap lembut pipi Maureen. "Kita." Sahut Noven tenang yang diikuti senyum tipis Noven yang terlihat begitu tampan.
Mata Maureen membulat sempurna dengan tatapan tidak percayanya yang dilayangkan kepada Noven. Tentu saja Maureen tidak salah dengar, namun kenapa Noven tidak membicarakannya terlebih dahulu dengannya dan juga keluarga Maureen serta keluarga Noven sendiri.
"No-nov, jangan be-becanda!"
"Emangnya muka aku keliatan lagi becanda?" Tanya Noven balik tanpa melepaskan kedua tangannya dari pinggang Maureen. "Aku udah nyiapin ini semua berbulan-bulan yang lalu sampai kita jarang ketemu, dan kamu masih meragukan aku?" Lanjutnya lagi.
"Nov, maksud aku. Aku dan keluarga aku aja gak tau masalah ini, tapi kamu_"
Noven menghentikan ucapan Maureen dengan jari telunjuknya yang menempel dibibir merah ranum gadis tersebut. "Siapa bilang mereka gak tau?" Tanyanya sambil tersenyum kecil melihat mata Maureen yang mengerjab beberapa kali. "Aku udah bicara masalah ini sama mereka, kalo mereka gak setuju, aku gak mungkin nyiapin ini semua sampai sembilan puluh persen kaya gini." Lanjutnya santai.
Maureen mendengus pelan dengan tangan yang menurunkan telunjuk Noven dari bibirnya.
Jadi selama ini hanya dirinya yang tidak tahu masalah ini?
"Kenapa gak ada yang bilang sama aku?" Tanya Maureen yang sedikit kesal.
"Karena ini kejutan untuk kamu." Kata Noven sambil merapikan rambut panjang Maureen. Kemudian kedua tangan kekar itu menangkup wajah Maureen dengan tatapan yang tidak lepas dari kedua mata Maureen. "Niat awal, besok aku kasih tau kamu masalah ini. Tapi daripada tadi kamu salah paham sama aku, lebih baik aku kasih tau kamu sekarang." Katanya lirih.
Noven sedikit mendongak menatap papan tulisan yang menggantung didepannya, papan itu bertulis 'TOILET WANITA'. Kemudian lelaki itu menghela napasnya pelan dengan pandangan yang kembali mengarah kepada Maureen. "Aku tau, ini tempat yang kurang pas dan juga diluar perkiraan. Tapi aku harus tanya saat ini juga sama kamu. Pertanyaan aku intinya, kamu mau kan, menikah denganku?"
Maureen terpaku dengan apa yang baru saja terlontar dari mulut Noven, sampai membuatnya terdiam dengan lidah yang terasa kelu. Maureen sadar ini tidaklah romantis sama sekali, namun baginya apa yang dilakukan oleh Noven ini sangatlah berkesan untuknya.
Kecuali Noven, sepertinya tidak ada lagi seorang lelaki yang melamar kekasihnya setelah menyiapkan pernikahannya terlebih dahulu sampai sembilan puluh persen, dan juga sepertinya hanya Noven saja yang melamar didepan toilet umum seperti ini.
"Kayanya kamu percaya diri banget sampai melamar aku setelah menyiapkan semuanya." Kata Maureen sambil terkekeh pelan, meskipun sebenarnya dirinya ingin menangis sekarang juga.
"Jawab aja pertanyaan aku, Reen!"
Maureen tersenyum manis dengan tangannya yang menarik telapak tangan kanan Noven yang masih berada di pipinya kearah bibirnya. Kemudian dengan perlahan Maureen mengecupnya lama dengan mata yang terus menatap Noven.
"Ini yang aku tunggu sejak lama, Nov, jadi gak ada alasan buat aku menolaknya." Kata Maureen sambil melebarkan senyumannya. "Aku mau menikah sama kamu."
Noven ikut tersenyum mendengar jawaban dari Maureen. Ternyata pengorbanannya untuk mempersiapkan segalanya sampai membuat dirinya tidak bisa bertemu dengan Maureen berbuah hasil juga.
Noven bergerak memeluk Maureen dengan banyak ucapan syukur yang dia ucapkan didalam hatinya. Akhirnya sebentar lagi, Noven bisa menjadikan Maureen sebagai kekasih halalnya di mata negara dan Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]
Teen FictionRank #1 in bestfriend (13/03/2019) Rank # 1 in girlfriend (21/02/2019) Rank #1 ini wattpad2018 (30/11/2018) Rank #1 in persahabatan (18/01/2019) Rank #1 in backstreet (30/11/2018) Rank #1 in mine (30/11/2018) Rank #1 in your (30/11/2018) Rank #1 in...