Pantulan tubuh Maureen terlihat sangat jelas di cermin besar yang berdiri kokoh didepannya. Sejak tadi, tak henti-hentinya Maureen memandang penampilannya sendiri dari gaun sampai aksesorisnya yang dia pakai, dan entah kenapa ini semua terasa berlebihan. Namun mau bagaimana lagi, Maureen tidak bisa menolak memakai ini semua karena ini pilihan Alesha sendiri yang katanya sudah disiapkan jauh-jauh hari.
Gaun berwarna putih itu terlihat sangat mewah dengan panjang sampai beberapa cm diatas mata kaki Maureen. Gaun itu tidak berlengan sehingga memperlihatkan sebagian punggung putih mulus milik Maureen. Dilehernya juga sudah terdapat sebuah kalung berlian yang pas diehernya berwarna putih, sedangkan cicin pertunangannya sudah melingkar dengan cantik di jari manis tangan kanannya.
Make up tipis yang digunakan Maureen menambah kesan cantik pada gadis itu, apalagi ditambah dengan bibir berwarna merah yang tidak terlalu mencolok.
Maureen menghela napasnya pelan saat dia merasa biasa saja hari di ulang tahunnya kali ini. Serasa tidak ada yang spesial sama sekali, mekipun keluarganya merayakan ulang tahunnya dengan mewah dan juga tidak lupa memberi hadiah yang tidak biasa juga.
Rambutnya yang tergerai dia kesambingkan di bahu kirinya, dan beberapa anak rambutnya yang sedikit mengganggu pandangan, dia sematkan di belakang telinganya.
"Sayang, udah siap belum?"
Maureen memutar tubuhnya untuk menghadap pintu lebar kamarnya yang masih tertutup rapat setelah mendengar teriakan yang memanggil namanya barusan. "Sebentar, mah." Jawabnya singkat yang kemudian melirik jam dinding yabg ada di kamarnya.
Ternyata waktu baru menunjukan pukul tujuh malam, sedangkan pestanya diadakan pada pukul delapan. Itu berarti, Maureen masih mempunyai waktu sebelum acara dimulai.
Tanpa pikir panjang lagi, dia membukakan pintu kamarnya yang memang tadi sempat dia kunci. Seiring dengan terbukanya pintu tersebut, terlihatlah wanita cantik yang sudah terlihat begitu rapi didepan kamar Maureen.
"Memangnya pestanya sudah mau dimulai, mah, kan baru jam tujuh?" Tanya Maureen kepada Alesha.
Alesha tersenyum lebar mendengar pertanyaan putrinya itu, apalagi saat melihat Maureen yang terlihat sangat anggun dan cantik karena menggunakan gaun pilihannya itu. "Belum, kok, sayang. Kamu kelihatan cantik banget malam ini." Puji Alesha sambil tersenyum.
"Makasih, mah."
Alesha mengangguk pelan tanpa melunturkan senyumnya. "Oh, yah, kamu ke kamarnya kakak kamu sana!" Alesha kembali berucap setela mengingat sesuatu. Wanita itu juga berucap sambil memukul pelan sebelah bahu Maureen.
"Buat apa, mah? Gak Gio aja masih di London."
"Bukan kakak kamu yang ada disana, sayang, tapi Noven. Dia tadi mamah suruh datang lebih awal malam ini. Dan sekarang, kamu pastikan dia sudah siap atau belum."
Maureen sempat terkejut setelah mendengar penjelasan dari Alesha. Jika memang Noven sudah ada disini, kenapa dia baru hal itu. "Cuma Noven doang, mah?"
"Gak, kok, orang tuanya juga udah ada disini sama anak perempuannya yang sahabat kamu itu." Jelas Alesha kepada Maureen.
"Em, apa harus aku yang kesana, mah?"
Alesha tertawa kecil mendengar pertanyaan Maureen yang terdengar sedikit ragu. "Ya kamu, lah, sayang. Memangnya mau siapa lagi sih, kan, kamu tunangannya." Alesha berujar sambil terkekeh pelan. Tangannya juga tidak tinggal diam, karena sekarang mulai menepuk pelan pipi Maureen yang terlihat merona setelah Alesha menyinggung hubungan anaknya itu.
"Tadi Noven kesininya buru-buru sampai dia belum siap-siap. Jadi mamah nyuruh dia untuk siap-siap disini aja." Lanjut Alesha memperjelas.
Maureen menghembuskan napasnya pelan setelah mendengar penjelasan Alesha, sedikit melupakan kedua pipinya yang sebenarnya masih sedikit terasa memanas.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]
Teen FictionRank #1 in bestfriend (13/03/2019) Rank # 1 in girlfriend (21/02/2019) Rank #1 ini wattpad2018 (30/11/2018) Rank #1 in persahabatan (18/01/2019) Rank #1 in backstreet (30/11/2018) Rank #1 in mine (30/11/2018) Rank #1 in your (30/11/2018) Rank #1 in...