Part 18• Mansion Ballar

53.3K 2.5K 24
                                    

"Eh sayang tunggu."

Dengan perasaan yang tidak tenang, Maureen membalikan tubuhnya untuk menghadap kearah Alesha.

"Kaki kamu kenapa, kok pincang jalannya?"

Maureen hanya bisa tersenyum mendengar pertanyaan dari Alesha.

"Kenapa diem aja, jawab mamah, kaki kamu itu kenapa?" Alesha bertanya untuk kedua kalinya dengan dirinya yang melangkah menghampiri putri tercinta keluarga Acksel itu.

"Maureen gak kenapa-kenapa, mah, tadi cuma ada kecelakaan kecil waktu olahraga." Jawab Maureen dengan jujur.

"Kamu gimana, sih, pasti gak hati-hati."

"Maureen udah hati-hati, mah, cuma musibah kan gak ada yang tau."

"Iya iya, terserah kamu. Sekarang kita masuk!" Putus Alesha yang tidak bisa diganggu gugat sama sekali.

Maureen sendiri mengenal napasnya pelan dan pasrah saja mengikuti langkah Alesha yang menuntunnya masuk kedalam mansion, seakan luka Maureen ini parah. Padahal gadis itu masih bisa berjalan sendiri meskipun dengan terpincang-pincang.

"Sekarang kamu duduk!"

Lagi-lagi Maureen hanya mengangguk dan memilih duduk disalah satu sofa yang ada di ruang tamu. Dirinya sekarang menunggu intruksi lanjutan dari mamahnya yang super berlebihan ini.

Alesha yang sejak tadi menatap Maureen, kini beralih menatap kesekelilingnya ruang tamu, sepertinya ia tengah mencari seseorang. "Tolong panggilkan bi Wirna!" Ucap Alesha pada akhirnya setelah melihat ada  seorang pelayanan yang lewat.

Pelayan itu hanya menganggukan kepalanya hormat dan segera melakukan apa yang diperintahkan oleh nyonyanya itu.

"Mah, kenapa manggil bi Wirna?" Protes Maureen setelah mengingat salah satu pelayan bernama Wirna itu adalah seseorang yang jago dalam memijat.

Maureen menggelengkan kepalanya saat Alesha mengusap lembut rambutnya. "Kamu mau kaki kamu cepet sembuh, kan?"

"Tapi gak dipijat juga, mah!" Kekeh Maureen, karena rasa sakit saat Noven memijat kakinya tadi masih terasa dan membuat Maureen bergidig ngeri membayangkan jika kakinya harus dipijat kembali.

"Pokoknya gak ada penolakan, mamah gak mau, ya, kamu kenapa-kenapa!" Ucap Alesha tegas.

Keluarga Acksel memang sangat menyanyangi Maureen, terlebih Maureen adalah cucu perempuan satu-satunya keluarga Acksel yang membuat seluruh keluarga Acksel bersikap posessive kepadanya apalagi kedua orang tuanya dan jangan lupakan juga Gio, kakaknya.
 
"Tap_"

"Apakah nyonya memanggil saya?"

Maureen berdecak kesal, dia belum menyelesaikan ucapannya tapi sudah dipotong oleh kehadiran bi Wirna.

"Tolong urut kaki kiri Maureen, bi, kayanya kakinya keseleo sampai jalannya pincang!"

"Baik nyonya."

"Maaf nona, saya pijat dulu kakinya." Lanjut bi Wirna dengan tangan yang ingin meraih kaki Maureen.

"Gak bi, jangan!" Tolak Maureen sambil berusaha menjauhkan kakinya dari jangkauan tangan bi Wirna. Kemudian matanya menatap Alesha yang masih berdiri disampingnya dengan penuh harap. "Mah, aku baik-baik aja, tadi juga udah dipijat sama Noven." Ucap Maureen pada akhirnya.

DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang