Part 44• Dibawah Hujan

47.9K 2K 21
                                    

Suara langkah kaki terdengar sangat jelas disebuah anak tangga yang belekok tersebut. Seorang gadis dengan sebuah jaket berwarna biru laut itu tengah menaiki tangga dengan perlahan.

Senyumnya terlihat ketika dirinya beberapa kali bertemu dengan para pelayan yang bekerja di mansion itu, para pelayan itu juga membalas senyum tersebut dengan kepala yang sedikit mereka tundukan.

"Kamu udah dateng, sayang."

Gadis itu tersenyum manis mendapatkan kecupan singkat dikedua pipinya yang dilakukan oleh wanita paruh baya didepannya.

"Maureen, Noven gak tau loh kamu kesini soalnya tante gak bilang-bilang sama dia. Coba kamu temuin dia dulu setelah itu temuin tante dibawah yah!"

Maureen mengangguk-anggukan kepalanya singkat. "Iya tan, nanti Maureen sekalian bantu membuat makan malamnya."

Nindy tersenyum. Dia juga menepuk pelan bahu Maureen. "Kalo itu biarin tante sama yang lain aja."

"Tapi tante, aku pengin bantu tante."

Nindy gemas sendiri dengan raut wajah Maureen yang sangat lucu dimatanya, sampai-sampai dia mencubit pelan salah satu pipi Maureen. "Aduh beruntung banget nih kalo punya menantu kaya kamu. Pokoknya tante gak akan biarin Noven milih gadis lain selain kamu."

Maureen terkekeh mendengar hal itu, pipinya juga tiba-tiba terasa memanas. Ternyata membahas masalah seperti ini masih saja membuatnya malu-malu.

"Ya udah kamu ke kamar Noven aja, kayanya dia ada di kamar sekarang. Tante tinggal kebawah dulu yah?"

"Iya tante."

Maureen segera melangkah kembali setelah Nindy pergi meninggalkannya. Tujuannya kini adalah kamar Noven yang berada tidak jauh dari tempatnya berbincang dengan Nindy tadi.

Tok... Tok... Tok...

Tak ada jawaban sama sekali dari balik pintu yang Maureen ketuk tadi membuat tangan Maureen perlahan meraih kenop pintu dan membukanya.

Sepi, itulah yang Maureen lihat dikamar yang disalah satu sisi temboknya terdapat mural wajah Maureen.

Maureen hendak menutup pintu itu kembali, tapi dengan tidak sengaja dia melihat seseorang yang tengah duduk di balkon kamar tersebut. Akhinya Maureen melangkah menuju balkon kamar ini.

Maureen tersenyum kecil melihat Noven yang tengah duduk disalah satu kursi dibalkon ini dengan sebuah benda yang menyelip diantara jari telunjuk dan tengahnya. "Noven."

Noven menengok kearah belakangnya dengan benda yang ada ditangannya masih sempat dia hisap. Melihat Maureen yang berdiri dibelakangnya membuat dia dengan cepat mematikan rokok tersebut.

"Kenapa dimatiin?" Tanya Maureen yang melihat batang rokok yang masih cukup panjang itu.

"Aku gak mau jadi penyebab kamu menjadi perokok pasif." Ujarnya dengan menarik tangan Maureen untuk duduk disampingnya, dan Maureen hanya mengangguk mengerti.

"Maaf, mungkin ini pertama kalinya kamu lihat aku ngrokok." Ujar Noven tanpa menatap Maureen.

Selama ini Noven memang tidak pernah menunjukan bahwa dirinya adalah seorang perokok terkecuali kepada kedua sahabatnya dan keluarganya yang memang sudah tau akan hal itu. Noven juga tidak sesering seperti perokok lainnya, dia hanya akan merokok disaat tertentu saja.

Mungkin yang melihat Noven merokok untuk pertama kalinya seperti Maureen akan merasa aneh, karena meskipun merokok bibir Noven tidak berwarna hitam, dan sekarang Noven siap jika Maureen kesal kepadanya akan hal ini.

DUSK TILL DAWN •With You• [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang